A. Gambaran Kitab
Kitab Tafsir Bahrul Ulum kami teliti di Perpustakaan Universitas Islam
Negeri (UIN) Walisongo. Pengarangnya adalah Syaikh Abu Laits As-Samarqandi,
covernya berwarna hitam agak di selingi warna kuning serta hijau bi bagian
tulisannya, penerbit Darul Kutub Al-Imiyyah Beirut Lebanon terdapat tiga jilid.
Dan kitab ini juga di tahqiq oleh Syaikh Ali Muhammad Mu’awwadl, Syaikh Adil
Ahmad Abdul maujud serta Dr. Zakariya Abdul Majid An-Nauty yang mana ketiganya
merupakan staf pengajar di Fakultas bahasa Arab Universitas Al-Azhar Kairo.
ü
Jilid pertama terdiri dari halaman 1-600 di
mulai dari surat Al-Fatihah sampai surat Al-A’raf.
ü
Jilid kedua terdiri dari halaman 1-550 di
mulai dari surat Al-Anfal sampai surat Al-Ankabut.
ü
Jilid ketiga terdiri dari halaman 1-536 di
mulai dari surat Ar-Rum sampai surat An-Naas.
B. Biografi Syaikh Abu Laits As-Samarqandi
Nama lengkap beliau adalah Nashr bin Muhammad bin Ibrahim As-Samarqandi
At-Tuzy Al-Balkhy, sedangkan julikannya adalah Al Faqih yang menandakan bahwa
beliau telah sampai pada derajat yang tinggi dalam dunia ilmu Fiqih yang mana
pada saat itu tiada seorangpun yang dapat menyamainya pada zamannya. Beliau
begitu menyukai julukan tersebut dan beliau juga tabarrukan dengan julukan
tersebut, di karenakan julukan tersebut diberikan langsung oleh Nabi Saw
melelui mimpi beliau. Hal itu terjadi ketika beliau mengarang kitab “Tanbihul
Ghafilin” lalu beliau membawa kitab tersebut untuk sowan ke Raudlahnya Nabi Saw
setelah itu beliau menginap di sana, kemudian beliau bermimpi melihat Nabi Saw
mengambil kitabnya seraya berkata “Ambillah kitabmu, Wahai Faqih”. Lalu beliau
pun terjaga dan beliau menemukan di dalam kitabnya tempat-tempat yang di
koreksi Nabi.
Adapun kelahirannya tidak diketahui secara pasti. Hal itu disebabkan karena
para ulama’ tidak bisa meramalkan bahwa kelak beliau akan menjadi seorang alim
dan seandainya bisa meramalkannya pasti para Ulama’ akan mencatat tahun
kelahirannya. Namun sebagian Ulama’ menuturkan bahwa tahun kelahiran beliau
(Abu Laits) di perkirakan pada tahun 301/310 H. Setelah itu terjadi perbedaan
di antar beberapa sumber mengenai tahun kewafatannya sebagai berikut:
a) Ad-Dawudi di dalam kitabnya yang berjudul “Thabaqatul mufassirin”
menuturkan bahwasannya beliau wafat pada malam Selasa tanggal 11 Jumadal
Akhirah tahun 393 H.
b) Pemilik kitab “Thabaqat As-Saniyah fii Tarajim Al-Hanafiya”. Mengatakan
bahwa beliau wafat pada tahun 383 H.
c) Khaji Khalifa di dalam kitabnya “Kasyf Adz-Dzunun” menuturkan bahwasannya
Abu Laits wafat pada tahun 376 H.
d) Dan dari kitab “Tarikh At-Turats Al-Araby” bahwa beliau wafat tahun 373 H,
ada juga 375 H, dan ada juga yang mengatakan tahun 393 H.
Adapun tempat dimana beliau dilahirkan adalah Samarkand yang merupakan
salah satu kota dari Khurasan sekarang masuk dalam daerah Uni Soviet, ada pula
yang mengatakan bahwa kota itu termasuk bagian Arab, Samarkand merupaan kota
yang besar beserta beberapa iklim di dalamnya. Kota ini juga menjadi kiblat bagi
para pelajar yang haus akan ilmu pengetahuan, karena banyak dari fuqaha’ , mutasawwif
yang pergi kesana. Sehingga pada saat itu Samarkand menempati tempat tertingi
di antara negara-negara Islam dalam hal keilmuan. Adapun guru-guru beliau
adalah sebagai berikut:
1) Muhammad bin Ibrahim AT-Tuzy yang merupakan ayahnya sendiri, beliau adalah
seorang Faqih dan Wara’. Beliau merupakan guru Abu Laits waktu kecil.
2) Abu Ja’far Al-Hinduani
3) Al-Kholil bin Ahmad al-Qadli As-Sijzy
4) Muhammad bin Al-Fadl Al-Balkhy
Dan masih banyak lagi yang tidak disebutkan dalam kitab
ini.
C. Metode Penafsiran
Dr. Husain Adz-Dzahabi mengatakan dalam bukunya menuturkan bahwasannya Abu
Laits As-Samarqandi dalam menafsirkan al-Qur’an menggunakan bentuk Tafsir bil
ma’tsur dari orang-orang terdahulu, kemudian beliau menyughukan beberapa
riwayat dari sahabat, tabi’in dan orang-orang sesudah mereka.
Beliau juga ketika menuturkan beberapa ucapan (aqwaal) atau
riwayat-riwayat yang bermacam-macam tidaklah menyertainya dengan sebuah
komentar ataupun mentarjih atas riwayat-riwayat tersebut.
Beliau juga didalam menafsirkan mengutip beberapa qira’at masyhurah
akan tetapi dengan secukupnya serta menuturkan pandangan ahli bahasa (ahlu
lughat) di dalam tafsirnya. Lalu beliau juga menafsirkan al-Qur’an dengan
al-Qur’an ketika ditemukan ayat-ayatnya, selain itu beiau juga meriwayatkan
beberapa kisah-kisah islailliyat tetapi hanya sedikit saja. Kemudian di dalam
tafsir tersebut beliau banyak menuturkan kata “Qaala ba’dluhum: Kadza”
akan tetapi beliau tidak menjelaskan siapakah ba’dhulum tersebut.
Terkadang beliau juga meriwayatkan dari orang-orang yang di anggap dla’if
menurut ahli hadis seperti riwayat al-Kalby serta riwayat Asbath dari As-Siddy.
Wal hasil banyak orang yang mengategorikan kitab tersebut sebagai kitab tafsir
bil ma’tsur.
Adapun metode yang di pakai dalam penafsiran ini adalah metode tahlily
yaitu cara penyusunan tafsir sesuai dengan tartib mushafi mulai dari
al-Fatihah sampai An-Nas serta menuturkan makiyyah dan madaniyyah
surat tersebut serta menuturkan pemahaman kalimat dari segi bahasa dan
menuturkan yang terkait hukum fiqih secukupnya.
D. Corak
Adapun corak Tafsir Bahrul Ulum adalah corak Ilmi artinya beliau
didalam menyuguhkan penafsirannya mengupas dari seluruh aspek keilmuan baik
bahasa, riwayat, qira’at, israilliyat, filsafat serta kedokteran.
sumbernya dong?
BalasHapusBiografi yg lengkapnya adakah ??
BalasHapussumbernya dari mana ya, mbak? mohon dinyatakan.Ini untuk task pengajian saya. Makasih :)
BalasHapussumbernya dulu mbak
BalasHapus?
Iya mbak, boleh tau sumber nya?
BalasHapus