A. Gambaran Kitab
Cover kitab ini berwarna hitam dan mempunyai hiasan-hiasan yang berwarna
kuning keemasan, pengarang kitab ini adalah Muhammad Thahir bin Muhammad
Attahir Ibnu ‘Asyur, kitab ini berkolasi 25 cm dan diterbitkan oleh Dr. Sahnun
Linnasyri Watauzi’ Tunisia, yang tebal kitab ini terdiri dari 30 juz ada juga
yang 14 jilid dan kami menemukan diperpustakaan Ushuluddin ada 12 jilid.
Yang membahas secara keseluruhan ayat al-Qur’an (30 juz), dalam satu jilid
mengkaji satu juz al-Qur’an, sementara yang lainnya membahas 2-3 juz. Tebal
15.000 halaman (sekitar 400 hal. Per bab). Kitab ini diterbitkan pada masa
modern jika terdapat suatu masalah hukum maka beliau menggunakan pendapat 4
imam madzhab.
B. Biografi
Nama lengkap IbnuAsyur adalah Muhammad
Thahir bin Muhammad bin Muhammad Thahir 1
bin Muhammad bin Muhammad Syazili bin Abd al-Qadir
bin Muhammad Bin Asyur. Lahir dari sebuah keluarga terhormat
yang berasal dari Andalusia pada tahun 1296 H atau 1879 M. Dan
wafat pada tahun 1393 H, atau 1973 M. Tempat lahir dan wafatnya yaitu di
Tunisia, Keluarga Asyur terkenal sebagai keluarga religius sekaligus
pemikir.
Sejak kecil belajar ilmu al-qur’an, tahfidz, tajwid, dan kiroaat juga
mempelajari ilmu bahasa arab. Ibunya
bernama Fatimah, anak perempuan dari Perdana Menteri Muhammad Al- Aziz Attar. Muhammad Ibn
Asyur
dibesarkan dalam lingkungan kondusif bagi seorang yang cinta ilmu. Ia belajar
al-Qur’an, menghafal, ilmu
tajwid, maupun qiraatnya di sekitar tempat
tinggalnya
di andalusia.
Setelah hafal al-Qur’an, ia belajar di Masjid Zaitunah sampai ia ahli dalam berbagai
disiplin ilmu,
IbnuAsyur menjadi salah satu ulama besar di Tunisia.
Karirnya sebagai pengajar bermula pada tahun 1930
menjadi mudarris (pengajar) tingkat kedua bagi mazhab Maliki di Mesjid
Zaitunah. Menjadi mudarris tingkat pertama pada tahun 1905. Pada tahun 1905
sampai 1913 ia mengajar di Perguruan Shadiqi. Ia juga seorang mufassir, ahli
bahasa, ahli nahwu dan ahli sastra. Ia terpilih menjadi anggota Majma’ al-Lugah
al-Arabiyyah di Mesir pada tahun 1950 dan anggota majma’ al-Ilmi
al-Arabi di Damaskus pada tahun 1955.
1.
Tahrir Al Ma’na Al Sadid Wa Tanwir Al Aqli Al Jadid
Min Tafsir Al Kitab Al Jadid
2.
Uslul An-Nizham Al-Ijtima I Fi Al-Islam
3.
Maqashid Asy-Syari’ah Al-Islamiyah
4.
Hasyiyah Ala Al-Qathr
5.
Alaisa Ash-Shubh Bi Qarib
6.
Hasyiyah Ala Al-Qathr
7.
Uslul Al-Insya’i Wa Al-Khithabah
8.
Mujiz Al-Balagah
9.
Dan masih banyak lagi
C.
Sejarah
Penulisan
Beliau
memulai tafsirnya dengan sekelumit materi tentang hal-hal yang berhubungan
dengan pengetahuan dasar memahami seluk beluk gaya bahasa Al-Qur’an secara
singkat. Memaparkan muqaddimahnya sampai kepada sepuluh bagian pembukaan, mulai
dari penjelasan tafsir dan ta’wil, penjelasan fenomena tafsir bil ma’tsur dan
bir ra’yi, asbâbun nuzûl, sampai kepada i’jazuI Qur’an. Itupun sampai
menghabiskan seratus halaman pertama untuk penjelasan sesingkat ini. Mirip
dengan uraian singkat Ulumul Quran yang sudah mencapai tingkat yang cukup
rumit.
Mendeskripsikan cakupan bahasan dalam tafsir ini, beliau mengungkapkan dalam
pendahuluan tafsirnya, “Saya benar-benar berusaha menampilkan dalam tafsir
Al-Quran hal-hal langka yang belum digarap oleh ulama tafsir sebelumnya.
Menempatkan diri sebagai penengah perbedaan pendapat ulama yang pada satu waktu
sepaham dengan salah satunya dan pada waktu lain berseberangan pendapat dengan
alasan tersendiri. Dalam tafsir ini, saya berusaha mengungkap setiap i’jazul
Quran, nilai-nilai balaghah yang terkandung dalam sebuah kalimat Al-Quran serta
menjelaskan uslub-uslub penggunaannya”.
D. Metode Penafsiran
Mengkaji tafsir buah karangan Ibnu Asyur tentu kita
lihat dari berbagai aspek mulai dari segi materi, kitab ini terdiri dari tiga
puluh juz dan terbagi kepada dua belas jilid. Masih diterbitkan oleh penerbit
tunggal yang cukup terkenal. Sebuah tafsir kontemporer yang memiliki ciri khas
tersendiri dalam paparannya menafsirkan ayat-ayat Al-Quran. Memiliki tampilan
unik dan berbeda dengan kitab lain secara menyeluruh. Memiliki metode
penyusunan yang konferhensif, yang tidak menghususkan satu jilid untuk satu juz
saja melainkan secara acak. Kadang memuat dua juz bahkan sampai lima juz
perjilidnya. Beliau memulai tafsirnya dengan sekelumit materi tentang hal-hal
yang berhubungan dengan pengetahuan dasar memahami seluk beluk gaya bahasa
Al-Quran secara singkat. Memaparkan muqaddimahnya sampai kepada sepuluh bagian
pembukaan, mulai dari penjelasan tafsir dan ta'wil, penjelasan fenomena tafsir
bil ma'tsur dan bir-ra'yi, asbab an-nuzul, sampai kepada i'jazuI Qur’an.
Itupun sampai menghabiskan seratus halaman pertama
untuk penjelasan sesingkat ini. Mendeskripsikan cakupan bahasan dalam tafsir
ini, beliau mengungkapkan dalam pendahuluan tafsirnya, “Saya benar-benar
berusaha menampilkan dalam tafsir Al-Quran hal-hal langka yang belum digarap
oleh ulama tafsir sebelumnya. Menempatkan diri sebagai penengah perbedaan
pendapat ulama yang pada satu waktu sepaham dengan salah satunya dan pada waktu
lain berseberangan pendapat dengan alasan tersendiri. Dalam tafsir ini, saya
berusaha mengungkap setiap i'jazul Quran, nilai-nilai linguistik arab (balaghah)
, gaya bahasa (badi’), yang terkandung dalam sebuah kalimat Al-Quran
serta menjelaskan uslub-uslub penggunaannya menjelaskan hubungan antara satu
ayat dengan ayat lainnya, terutama antara satu ayat dengan ayat sebelum dan
sesudahnya.
Al-Quran telah didesain dengan sangat luar biasa,
memiliki susunan yang unik namun tetap memiliki ketersambungan antara satu ayat
dengan ayat lain. Tidak melewatkan satu surat pun dalam Al-Quran kecuali
berusaha menjelaskan secara lengkap setiap maksud yang terkandung di dalamnya
secara utuh. Tidak sebatas menjelaskan makna setiap kata dan kalimatnya saja
secara parsial, melainkan merangkai kembali makna tiap kata dan kalimat yang
telah diurai terpisah menjadi satu tujuan atau maksud yang diusung oleh setiap
ayat maupun surah Al-Quran. Dalam metode pemaparan tafsir ini, tidak
terlewatkan penjelasan secara gamblang tinjauan bahasa setiap kata dalam
Al-Quran, menyimak hikmah dari pemilihan kata yang digunakan sampai kepada sisi
gramatikal setiap kalimat. Secara spesifik menilik setiap Al-Quran dari
kacamata ilmu nahwu dan tashrif, turut melengkapi posisi i'rab dari penggalan
kata-kata Al-Quran.
Kita mnegetahui bahwa Muhammad Ibnu Asyur menitikberatkan
terhadap tafsirnya Al tahrir wa tanwir terutama menjelaskan sisi-sisi i’jaznya,
linguistik arab (balagah).
Setelah
menjabarkan panjang lebar tentang pendekatan Muhammad Ibnu Asyur dalam menulis
tafsirnya bisa kita simpulkan metode yang dipakai hanya mencakup satu metodolgi
yaitu metode bil-lughah atau masuk ke
metode tahlili, sebagai seorang pakar tafsir bermazhab Maliki menulis karya
tafsirnya dengan metode analitis (tahlili) dan berusaha melakukan kritikan terhadap
karya-karya sebelumnya. Dengan menggunakan tafsir tahlili maka sebagian orang
mengatakan bahwa dengan menggunakan tafsir tahlili saja lebih sulit di
bandingkan dengan tafsir yang lainya, seperti tafsir Ibnu Katsir, Qurtuby,
Tafsir al-furqan, atau dengan tafsir bil ma’stur karena tafsir bil ma’stur
manggunakan penafsisran al-Qur’an dengan al-Qur’an, al-Qur’an dengan hadits,
al-Qur’an dan qaul sahabat, tabiin, dan
tabiut trabiin. Adapun tafsir tahlili
yakni dengan menjelaskan tafsir al-Qur'an secara terperinci mulai dari
surat al-Fatihah hingga surat an-Nas.
Beliau
juga mengungkap ketinggian bahasa al-Qur'an dan menghubungkannya dengan sistem
budaya masyarakat guna menjadikan al-Qur'an sebagai kitab petunjuk dan problem
solver bagi permasalahan sosial masyarakat atau dengan kata lain corak
penafsirannya adalah penafsiran Adabi Ijtima'i.
D. Corak
Ibnu Asyur mengunakan corak tafsir billugoh, yang dalam tafsirnya
sangat berbeda dengan kitab-kitab tafsir lainnya, Dalam menulis karya
tafsirnya, Ibnu 'Asyur menggunakan metode tahlili, yakni dengan menjelaskan
tafsir al-Qur'an secara terperinci mulai dari surat al-Fatihah hingga surat
an-Nas.
Beliau mengungkap ketinggian bahasa al-Qur'an dan menghubungkannya dengan
sistem budaya masyarakat guna menjadikan al-Qur'an sebagai kitab petunjuk dan
problem solver bagi permasalahan sosial masyarakat atau dengan kata lain corak
penafsirannya adalah penafsiran Adabi Ijtima'i. Sumber tafsir yang digunakannya
sangat beragam seperti sumber al-Qur'an, hadis, akal (rasio), kitab-kitab
tafsir klasik seperti al-Kasysyaf karya al-Zamakhsyari, al-Muharrar al-wajiz
karya Ibnu 'Atiyyah, Mafatih al-Ghaib karya Fakhruddin ar-Razi, tafsir
al-Baidawi, tafsir al-Alusi, serta komentar at-Thayyi', al-Qazwini, al-Qutub,
dan at-Taftizani terhadap al-Kasysyaf beserta kitab-kitab tafsir lainnya. Ibnu
'Asyur juga merujuk pendapat para ulama', Qira'at, syair-syair Arab,
Isra'iliyyat, dan lain sebagainya. Ibnu 'Asyur sangat menjaga konsistensi
metodologinya dalam menyusun karya tafsirnya.
Beliau juga sedapat mungkin berusaha manafsirkan al-Qur'an dengan
melihat realitas empiris dan mengusahakan agar karya tafsirnya bermanfaat bagi
kemaslahatan manusia. Sumbangan paling berharga Ibnu 'Asyur dalam karya
tafsirnya adalah sikapnya yang kritis, objektif, dan menghargai karya-karya
ulama-ulama pendahulunya.
E. Sistematika
Kitab ini ditulis pada abad modern/ abad awal 14 H, Ibn 'Asyur menjelaskan
beberapa permasalahan masyarakat dan memberikan jawaban dengan menafsirkan
al-Qur'an, jika berkaitan dengan hukum, beliau memaparkan pendapat imam 4
madzhab. Demikian juga dalam masalah-masalah tertentu, beliau menukil beberapa
pendapat para mufassir sebelumnya dan menarjih pendapat yang dipandang paling
benar.
Kitab yang terdiri dari tiga puluh juz dan terbagi kepada dua belas jilid ini
merupakan sebuah tafsir kontemporer. Tampilan unik dan berbeda dengan kitab
lain secara kasat mata.
Dari sederetan buku tafsir yang ada dalam khazanah penafsiran Al-Qur,an,
termasuk dalam daftar tafsir terkemuka adalah karangan Ibnu 'Asyur yang satu
ini. Muhammad at-Thahir ibn 'Asyur adalah seorang ulama kontemporer.
Dalam muqaddimah tafsir "at-Tahrir wat-Tanwir" beliau
menuturkan, satu angan-angan terbesar dalam hidup beliau yang ingin dicapai
adalah menafsirkan kitab Allah Swt. sebagai mu'jizat terbesar Nabi Muhammad
Saw. Bercita-cita membuat sebuah tafsir yang lengkap dari segi kebahasaan dan
maknanya, yang belum pernah ada sebelumnya. Tafsir yang mencakup kemaslahatan
dunia dan akhirat. Bukan hanya sekedar mengumpulkan perkataan ulama sebelumnya,
melainkan memiliki penjelasan-penjelasan yang berasal dari hasil pengetahuan
sendiri yang lebih detail dan menyeluruh dalam penafsiran ayat-ayat Al-Qur,an.
Menilik tafsir karangan Ibnu 'Asyur dari segi materi, kitab ini terdiri dari
tiga puluh juz dan terbagi kepada dua belas jilid. Masih diterbitkan oleh
penerbit tunggal yang masih cukup sulit kita dapati. Sebuah tafsir kontemporer
yang memiliki ciri khas tersendiri dalam paparannya menafsirkan ayat-ayat
Al-Qur,an. Memiliki tampilan unik dan berbeda dengan kitab lain.
F. Kelebihan dan Kekurangan
Diantara kelebihan Tafsir Al-Tahrir Wa Al Tanwir Min Al Tafsir karangan
Muhammad Ibnu Asyur adalah sebagai berikut:
1. Menuliskan poin- poin yang belum ada pada tafsir sebelumnya.
2. Menjelaskan sisi-sisi I’jaznya, secara mendetail dan termuat dalam satu
kitab tersendiri.
3. Linguistik Arab (Balagah: nahwu, sharaf, mantik, atau logika)
4. Dan Gaya Bahasa (Badi’) jelas simpel.
5. Keselarasan satu Ayat dengan ayat yang lainnya.
Kekuranngannya adalah sebagai berikut:
1. Menitik beratkan pada makna-makna mufradat (Kata Demi Kata) dalam
Bahasa Arab dengan membatasi dan meneliti dari orang lain dari Kamus-kamus
Bahasa.
2. Meneruskan Tafsir Abil Walid Ibnu Rusdi dalam Kitab Al Bayan
3. Tidak mencantumkan asbabun nuzul dalam menjelaskan ayat.
G. Komentar Ulama’
Kita megetahui bahwa tafsir Ibnu ‘Asyur (At-tahrir wat-tanwir) yang
ditafsirkan oleh muhammad Thahir Ibnu Asyur hanya mencakup satu metodolgi yaitu
dengan tafsir billughah, dengan menggunakan tafsir billungah maka sebagian
orang (ulama) mengatakan bahwa dengan menggunakan tafsir billungah saja lebih
sulit di bandingkan dengan tafsir yang lainya, seperti tafsir Ibnu Katsir,
Qurtuby, Tafsir al-furqan, atau dengan tafsir bil ma’stur, karena tafsir bil
ma’tsur manggunakan penafsiran al-Qur’an dengan al-Qur’an, al-Qur’an dengan
hadits, al-Qur’an dan qaul sahabat, tabi’in tabiut tabi’in.
terima kasih ya Mba' karena makalah diatas sangat membantu dalam menambah pengetahuan saya,
BalasHapusجزاك الله خيرا و رضوانا
Trimakasih atas bahasan ini.
BalasHapusSaya sedang mencari dan menyuaun puzzle keislaman.. ya semua termotivasi oleh hiruk pikuknya dunia islam. Pertentangan, perdebatan, peperangan yang tak ada habisnya.
What the bottom line of this is all?