A. Gambaran Kitab
Kitab Adhwaul Bayan pengarang adalah Syaikh Asy Syinqithiy, covernya
berwarna hijau kekuning-kuningan, penerbit Darul Fikri dan terdapat sembilan
jilid:
ü
Jilid 1=549 halaman, dimulai dengan surat
Al-Fatihah di akhiri dengan surat Al-An’am
ü
Jilid 2=469 halaman, dimulai dengan surat
Al-A’raf diakhiri dengan surat Al-Hijr
ü
Jilid 3=519 halaman, dimulai dengan surat Bani
Israel di akhiri dengan surat Maryam
ü
Jilid 4=499 halaman, dimulai dengan surat
thaha diakhiri dengan surat Al-Hajj
ü
Jilid 5=561 halaman, dimulai dengan surat
al-Hajj di akhiri dengan surat An-Nur
ü
Jilid 6=397 halaman, dimulai dengan surat
Al-Furqon diakhiri dengan surat Ghofir
ü
Jilid 7=557 halaman, dimulai dengan surat
Fushilat diakhiri dengan surat Al Mujadallah
ü
Jilid 8=580 halaman, dimulai dengan surat
Al-Hasyr diakhiri dengan surat Al Hasyru
ü
Jilid 9=468 halaman, dimulai dengan surat At
Tin diakhiri dengan surat An-Nas.
B. Biografi
Nama lengkap Syaikh Asy-Syinqithiy adalah Muhammad al Husain bin Muhammad
bin Mukhtar Al Jilani Asy-Syinqithiy (wafat 1393). Syaikh Asy-Syinqithiy lahir
di Tanbeh provinsi Kifa Syinqith pada tahun 1325 H (1907 M). Syinqith adalah
Mauritania saat ini dan menjadi laqab para ulama Mauritania yang dikenal yakni
sebuah Negara Islam di benua Afrika yang berbatasan dengan Sinegal, Mali, dan
al-Jazair (Algeria). Beliau berasal dari sebuah keluarga pecinta ilmu dan
terhitung kaya. Ayahnya meninggal ketika usianya masih belia. Beliau telah
berhasil menghasilkan Al-Qur’an pada pamannya Abdullah ketika umurnya 10 tahun.
Setelah itu, beliau belajar tentang Rasm Mushaf Utsmani dari pamannya juga yang
bernama Muhammad bin Ahmad, belajar tajwid dengan bacaan Nafi’ dan tilawah.
Beliau belajar dari istri pamannya pelajaran sastra Arab, baik nahwu, shorof,
nasab dan silsilah Arab, sejarah. Sedangkan Fiqih Madzhab Maliki, beliau
belajar ke putra pamannya. Dan semuanya dijalaninya hingga ia berumur 16 tahun.
Beliau bertutur: “Setelah saya hafal al-Qur’an, sudah bisa menulis
al-Qur’an dengan Khat Utsmani, dan aku dapat unggul di atas teman-teman saya,
maka ibu dan bibi-bibi saya menaruh perhatiannya kepada saya. Dengan tekad
bulat mereka mengarahkan saya untuk belajar disiplin ilmu yang ada.
Ia terus mendalami berbagai keilmuan seperti balaghah, tafsir dan hadis ke
beberapa ulama yang ada di wilayahnya saat itu. Pada sekitar tahun 1367 H/1947
M beliau melakukan perjalanan darat menuju Arab Saudi untuk melakukan ibadah
haji dengan niat untuk dapat kembali lagi ke Negaranya. Akan tetapi,
sesampainya di Arab Saudi ia memutuskan untuk menetap di sana. Diantara sebabna
adalah pertemuannya dengan dua orang ulama di Arab Saudi, Abdullah az-Zahim dan
Abdul Aziz bin Shalih yang memperkenalkannya pada Madzhab Hambali dan Manhaj
Salaf. Beliau kemudian melakukan diskusi tentang berbagai persoalan fiqih da
akidah yang semakin memantapkannya untuk menetap di Arab Saudi. Dan inilah awal
mula beliau dikenal sebagai ulama yang menguasai berbagai bidang keilmuan:
Fiqih, Tafsir, Hadis, Bahasa dan sebagainya yang memberinya kesempatan untuk
dipercaya sebagai salah seorang pengajar tafsir di Masjid Nabawi.
Aktifitas ilmiah Muhammad al-Amin asy-Syinqithi sudah dimulai sejak ia
berada di negaranya. Beliau adalah salah seorang anggota Lajnah ad-Dima’ di
Syinqith, sebuah lembaga yang memberikan keputusan akhir untuk dilaksanakan
atau tidaknya eksekusi hukuman mati atau qishash. Ketika beliau melakukan
perjalanan darat haji, beliau singgah di berbagai wilayah untuk memberika
ceramah dan pengajaran. Ada sekitar 16 daerah mulai dari Mauritania hingga
Sudan yang beliau singgahi untuk memberikan pengajaran.
Saat menjadi pengajar tafsir al-Qur’an di masjid Nabawi, asy-Syinqithi
menyelesaikan penafsiran seluruh al-Qur’an sebanyak dua kali dan meninggal
dunia sebelum menyelesaikan yang ketiga kalinya. Aktifitas ini pada awalnya
dijalaninya setiap hari selama satu tahun. Akan tetapi, ketika beliau mulai
menjadi pengajar di Fakultas Syari’ah dan Bahasa di Riyadh, beliau hanya menjalani
pengajaran tafsir al-Qur’an di masjid Nabawi pada liburan musim panas. Ini
dijalaninya mulai tahun 1371 H/1951 M dan berlanjut hingga tahun 1381 H/1961 M
saat ia menjadi pengajar di Universitas Islam (al-Jami’ah al-Islamiyyah) di
Madinah. Dan sejak tahun 1385 H/1965 M beliau hanya mengajarkan tafsir
al-Qur’an di Masjid Nabawi di bulan Ramadhan. Selain itu, beliau juga mengajar
tafsir al-Qur’an di Dar al-Ulum di Madinah pada tahun 1369-1370 H/1949-1950 M.
Beliau Syaikh Asy-Syinqithiy meninggal dunia di kota Madinah an-Nabawiyyah,
pada tanggal 17 Dzul Hijjah, tahun 1393 H (1973 M).
C. Sejarah Penulisan
Kitab Tafsir Adhwaul Bayan di karang oleh Syaikh Asy Syinqithiy, yang mana
beliau ingin menjelaskan Al-Qur’an dengan Al-Qur’annya itu sendiri. Beliau
mengetahui bahwa mayoritas masyarakat yang mengaku sebagai kaum muslimin
berpaling dari kitabullah, mengindahkan janji Allah dan tidak takut akan
ancaman-Nya, mak beliau mengetahui bahwa hal tersebut merupakan faktor yang
dapat mendorong seorang yang telah Allah berikan kepadanya ilmu akan kitab-Nya,
menjelaskan makna-maknanya, menampakkan keindahan-keindahanna, menerangkan
kesulitan yang ada padanya, menjelaskan hukum-hukumnya, serta mengajak manusia
untuk mengamalkannya.
D. Metode Penafsiran
Metode kitab Adhwaul Byan menggunakan metode komparasi (Muqoron). Yang
berarti membandingkan ayat satu dengan ayat lainnya.
E. Corak
Kitab Tafsir ini menggunakan corak hukmi, sebab di dalam kitab beliau
Syaikh Asy Syinqithiy menjelaskan masalah-masalah hukum yang ada di Al-Qur’an.
F. Sistematika
Sistematika Kitab ini adalah mushafi, yaitu sistem penafsiran menurut
urutan surat di dalam al-Qur’an. Beliau memulainya dengan surat al-Fatihah dan
diakhiri dengan surat An-Nas.
G. Kelebihan, Kekurangandan Komentar Ulama’
Kelebihan kitab Tafsir Adhwaul Bayan adalah menjelaskan al-Qur’an dengan
al-Qur’annya sendiri. Disamping beliau tidak fanatik dalam suatu madzhab
olehnya menafsirkan kitab tafsirnya tersebut, padahal beliau bermadzhab Maliki.
Kemudian dilengkapi penjelasan tambahan seperti contohnya pembahasan tentang
beberapa masalah kebahasaan (Lughah) dan hal-hal yang diperlukannya.
Kekurangan
dari kitab tafsir ini adalah beliau dalam mengarang kitab tafsirnya ini juga
mengambil pendapat para Ulama’, beliau tidak memberi nama Ulama’ siapa yang
diambil pendapatnya.
bagus sih....
BalasHapussalam ka. blognya bagus. kalo untuk referensinya dibuku apa-apa aja ya ka? kebetulan saya dapat tugas tentang ini.
BalasHapussama
Hapusmau referensinya juga dong kak
BalasHapus