Kamis, 13 November 2014

"Makalah Tafsir tentang Agama"



Disusun oleh :
Siti Fatihatul Ulfa (134211028)
Fazat Laila (134211029)
Rahmad Ade Setyadi (134211030)



I.                   PENDAHULUAN

Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia, tiada keraguan sedikitpun, dan menjadi sumber ilmu pengetahuan. Sebagaimana firman Allah :

tA¨tR šøn=tã |=»tGÅ3ø9$# Èd,ysø9$$Î/ $]%Ïd|ÁãB $yJÏj9 tû÷üt/ Ïm÷ƒytƒ tAtRr&ur sp1uöq­G9$# Ÿ@ÅgUM}$#ur ÇÌÈ  
Al-Quran juga membawa misi menyempurnakan agama islam yang dibawa dan disampaikan oleh para rasul sebelum Nabi Muhammad SAW. Yaitu Agama Islam ( Dinul Islam ) namun juga menyelipkan kepercayaan agama umat selain Islam seperti Yahudi, Nasrani, dll. Yang dinyatakan sebagaimana yang sesat. Dan bagaimana Al-Quran memberi petunjuk hubungan toleransi dengan agama lain.
Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan menjelaskan penafsiran ayat Al-Quran yang berhubungan dengan hal tersebut. Diantaranya surat Ali ‘Imron 3, 19, 52, 85, 113 ; al-Baqarah 133, 221 ; al-Maidah 5, 69 ; Yusuf 101 ; as-Syuro 13 ; dan al-Mumtahanah 8-9.


II.                RUMUSAN MASALAH
A.    Apakah pengertian agama dalam alquran?
B.     Bagaimana tafsir ayat alquran terkait dengan agama?
C.    Bagaimana tafsir ayat alquran bentuk toleransi dengan agama lain?


III.             PEMBAHASAN
A.    Pengertian agama dalam Islam
Agama adalah ajaran, sistem yg mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.

¨bÎ) šúïÏe$!$# yYÏã «!$# ÞO»n=óM}$# 3 $tBur y#n=tF÷z$# šúïÏ%©!$# (#qè?ré& |=»tGÅ3ø9$# žwÎ) .`ÏB Ï÷èt/ $tB ãNèduä!%y` ÞOù=Ïèø9$# $Jøót/ óOßgoY÷t/ 3
`tBur öàÿõ3tƒ ÏM»tƒ$t«Î/ «!$#  cÎ*sù ©!$# ßìƒÎŽ|  É>$|¡Ïtø:$# ÇÊÒÈ  

Artinya :

          Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab[189] kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (Qs.ali Imron:19)

     Kata ad-din pada ayat tersebut bermakna pada pembahasan tentang taat, tunduk atau kumpulan tugas yang dijalankan oleh hamba karena Allah.[1]
     Ad-din menurut kaidah arab berarti taat, tunduk, dan balasan. Jadi yaumuddiin berarti hari pembalasan. Agama merupakan segala perintah yang dipikulkan oleh syara’ kepada hamba yang telah baligh tapi berakal (mukallaf). Kata agama dengan millata mempunyai makna/pengertian yang sama, hanya saja kata millata mempunyai arti yang lebih luas dibanding dengan kata agama.
     Yang merupakan benar-benar pengertian agama pada sisi Allah hanyalah semata menyerahkan diri kepadanya saja, jika bukan begitu bukanlah agama. Maksud agama di sini adalah :
1.     Percaya hanya kepada tuhan Allah, berbakti, dan beribadah hanya kepadanya saja
2.     Membersihkan hati dan menetapkan tujuan dalam segala gerak-gerik usaha dan niat ikhlas hanya kepada Allah.[2]
Agama atau ketaatan kepadanya ditandai dengan penyerahan diri secara mutlak kepada Allah SWT. Penyerahan diri dalam arti Islam merupakan hakikat yang ditetapkan Allah dan diajarkan oleh para nabi sejak Nabi Adam as, hingga Nabi Muhammad SAW.[3]

B.     Tafsir Ayat Agama
1.      Surat As-Syura ayat 13
 tíuŽŸ° Nä3s9 z`ÏiB ÈûïÏe$!$# $tB 4Óœ»ur ¾ÏmÎ/ %[nqçR üÏ%©!$#ur !$uZøŠym÷rr& y7øs9Î) $tBur $uZøŠ¢¹ur ÿ¾ÏmÎ/ tLìÏdºtö/Î)
4ÓyqãBur #Ó|¤ŠÏãur ( ÷br& (#qãKŠÏ%r& tûïÏe$!$# Ÿwur (#qè%§xÿtGs? ÏmŠÏù 4 uŽã9x. n?tã tûüÏ.ÎŽô³ßJø9$# $tB öNèdqããôs?
 ÏmøŠs9Î) 4 ª!$# ûÓÉ<tFøgs Ïmøs9Î) `tB âä!$t±oüÏökuur Ïmøs9Î) `tB Ü=Ï^ムÇÊÌÈ  

Artinya:
Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah agama[1340] dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya). (Qs.as-Syura:13)

Nabi-nabi tersebut disebutkan secara khusus karena martabat merak lebih tinggi dibandingkan dengan nabi yang lain, dan kemasyhuran mereka yang pesat, juga karena hati orang-orang kafirpun cenderung mengikuti karena kebanyakan mereka sepakat atas kenabian tokoh-tokoh tersebut, khususnya para Yahudi terhadap Nabi Musa, dan Nasrani terhadap Nabi Isa.
÷br& (#qãKŠÏ%r& tûïÏe$!$# Ÿwur (#qè%§xÿtGs? ÏmŠÏù
Menjadikan agama Tauhid sebagai agama pemurnian ibadah bagi Allah. Tegak dan terpelihara untuk selama-lamanya. Dan jangan berpecah-belah mengenainya, melakukan sebagian dan meninggalkan sebagian (sebagianya melakukan syariat-syariat ajaran Allah dan sebagian lainya meninggalkanya)
uŽã9x. n?tã tûüÏ.ÎŽô³ßJø9$# $tB öNèdqããôs? ÏmøŠs9Î)
Beratnya penerimaan orang kafir atas agama Allah sebagaimana Az-Zukhruf ayat 22 sebagaimana berikut
ö@t/ (#þqä9$s% $¯RÎ) !$tRôy`ur $tRuä!$t/#uä #n?tã 7p¨Bé& $¯RÎ)ur #n?tã NÏd̍»rO#uä tbrßtGôgB ÇËËÈ
                                      Artinya:
               bahkan mereka berkata: "Sesungguhnya Kami mendapati bapak-bapak Kami menganut suatu agama, dan Sesungguhnya Kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka".(Qs.az-Zukhruf:22)

Allah membimbing mu’min agar berpegang teguh kepada agamanya, maka disebutkan pula bahwa Ia menunjuk mereka (manusia) pada hal tersebut karena telah memilih mereka di antara makhluk yang lain. Sebagaimana berikut “Barang siapa mendekat kepadaku satu jengkal, maka aku mendekat kepadanya sati dziro’. Dan barang siapa mendekat kepadaku dengan berjalan, maka aku datang kepadanya dengan berlari”[4]

2.      Surat ali Imron ayat 85
`tBur Æ÷tGö;tƒ uŽöxî ÄN»n=óM}$# $YYƒÏŠ `n=sù Ÿ@t6ø)ムçm÷YÏB uqèdur Îû ÍotÅzFy$# z`ÏB z`ƒÌÅ¡»yø9$# ÇÑÎÈ  
Artinya:
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk orang-orang yang rugi.

`tBur Æ÷tGö;tƒ uŽöxî ÄN»n=óM}$# $YYƒÏŠ `n=sù Ÿ@t6ø)ムçm÷YÏB
Menurut tafsir Al-Misbah, penambahan ta’ pada lafadz Æ÷tGö;tƒ mengandung keterpaksaan dan rasa berat (hati/pikiran, dan tenaga). Mencari agama selain agama islam merupakan suatu yang dipaksakan dalam hati dan pikiran seseorang. Karena upaya tersebut merupaka suatu yang tidak terlahir dari fitrah normal manusia. Fitrah manusia sesungguhnya adalah tunduk dan patuh kepada Allah.
Sebuah agama yang tidak mengantarkan pemeluknya pada ketaatan dan menurut kepada Allah, maka agama hanyalah gambaran tradisi yang tidak berarti. Semua amal baiknya tidak terima oleh Allah. Sebagaimana Rasulullah bersabda “Siapa yang mengamalkan satu amal yang tidak berdasarkan ketetapan Allah yang ditetapkan kepada kita, amal itu tertolak”
3.      Surat ali Imron ayat 52
 !$£Jn=sù ¡§ymr& 4|¤ŠÏã ãNåk÷]ÏB tøÿä3ø9$# tA$s% ô`tB üÍ$|ÁRr& n<Î) «!$# ( š^$s% šcqƒÍ#uqysø9$#
 ß`øtwU â$|ÁRr& «!$# $¨YtB#uä «!$$Î/ ôygô©$#ur $¯Rr'Î/ šcqßJÎ=ó¡ãB ÇÎËÈ  
Artinya:
Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah dia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?" Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: "Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa Sesungguhnya Kami adalah orang-orang yang berserah diri. (Qs. Ali Imron:52)
Menurut Al-Maraghi kutipan tafsir al-Kasyaf, kata §ymr& berarti                                                                                                                                                                mengetahui sesuatu dengan pasti (tiada keraguan di dalamnya) seperti mengetahui melalui panca indera. šcqƒÍ#uqysø9$# merupakan sahabat pilihan, da pendukung setia. Dan cqßJÎ=ó¡ãB bermakna orang yang mau menuruti apa yang dikehendaki Allah dari kalangan kita.
Penolong-penolongku merupakan pengertian untuk bersama-sama berjalan menuju jalan Allah. Sedangkan cqƒÍ#uqysø9$# bermakna dari kata yang sangat putih, tulus, bersih, tidak ternodai oleh kotoran, lagi tampak pada wajah cahaya keimanan yang murni.[5]
C.    Tafsir Ayat Toleransi dengan Agama lain
1.      Mumtahanah ayat 8-9
žw â/ä38yg÷Ytƒ ª!$# Ç`tã tûïÏ%©!$# öNs9 öNä.qè=ÏG»s)ムÎû ÈûïÏd9$# óOs9ur /ä.qã_̍øƒä `ÏiB öNä.̍»tƒÏŠ br& óOèdrŽy9s? (#þqäÜÅ¡ø)è?ur
 öNÍköŽs9Î) 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tûüÏÜÅ¡ø)ßJø9$# ÇÑÈ   $yJ¯RÎ) ãNä39pk÷]tƒ ª!$# Ç`tã tûïÏ%©!$# öNä.qè=tG»s% Îû ÈûïÏd9$# Oà2qã_t÷zr&ur
 `ÏiB öNä.̍»tƒÏŠ (#rãyg»sßur #n?tã öNä3Å_#t÷zÎ) br& öNèdöq©9uqs? 4 `tBur öNçl°;uqtFtƒ šÍ´¯»s9'ré'sù ãNèd tbqßJÎ=»©à9$# ÇÒÈ  
Artinya:
“ Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, Maka mereka Itulah orang-orang yang dzalim.”
Ayat di atas secara tegas menyebutkan nama Allah Yang Maha Kuasa dengan menyatakan: Allah yang memerintahkan kamu bersikap tegas terhadap orang kafir, walaupun keluarga kamu tidak melarang kamu menjalin hubungan dan berbuat baik terhadap orang-orang yang tidak memerangi kamu karena agama, dan tidak pula mengusir kamu dari negeri kamu.
Firman-Nya: Lam yuqatilukum atau tidak memerangi kamu menggunakan bentuk mudhari. Ini dipahami sebagai makna “Memerangi secara factual sedang memerangi kamu”, sedang kata fi yang berarti dalam mengandung isyarat bahwa ketika itu mitra bicara bagaikan berada dalam wadah tersebut sehingga tidak ada dari mereka yang keluar dari wadah itu. Dengan kata fi ad-din atau dalam agama tidak masuklah peperangan yang disebabkan karena kepentingan duniawi yang tidak ada hubungannya dengan agama, tidak termasuk pula siapapun yang tidak termasuk factual memerangi umat Islam.
Kata tabarruhum terambil dari kata birr yang berarti kabajikan yang luas. Salah satu nama Allah Swt adalah al-Bar. Ini karena demikian luas kebajikan-Nya. Dataran yang terhampar dipersada bumi ini dinamai bar karena luasnya. Dengan karena penggunaan kata tersebut oleh ayat diatas, tercermin izin untuk melakukan aneka kebajikan bagi non muslim, selama tidak membawa dampak negative bagi umat Islam. Kata tuqsithu terambil dari kata qisth yang berarti adil. Bisa juga dipahami dalam arti bagian. Pakar tafsir dalam hukum Ibn Arabi memahaminya demikian dan atas dasar itu menurutnya ayat di atas menyatakan: “Tidak melarang kamu memberi sebagian dari harta kamu kepada mereka”.
Al-Biqa’i memahami penggunaan kata ilaihim atau kepada mereka yang dirangkaikan dengan kata tuqsithu itu sebagai isyarat bahwa hal yang diperintahkan ini hendaknya dihantar hingga sampai kepada mereka. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa sikap yang diperintahkan ini termasuk bagian dari hubungan yang diperintahkan, dan bahwa itu tidak akan berdampak negative bagi umat Islam – walau mereka memaksakan diri mengirimnya dari jauh, karena memang Allah suka kelemah lembutan dalam segala hal dan memberi imbalan atasnya dan apa yang tidak diberikan-Nya melalui hal-hal lain.[6]
Sayyid Quthub berkomentar ketika menafsirkan ayat diatas bahwa Islam adalah agama yang damai, serta akidah cinta. Ia suatu sistem yang bertujuan menaungi seluruh alam dengan naungannya yang berupa kedamaian. Tidak ada yang meghalangi arah tersebut kecuali tindakan agresi musuh-musuh-Nya dan musuh-musuh penganut agama ini.  Adapun jika mereka itu bersikap damai, maka Islam sama sekali tidak berminat untuk melakukan permusuhan dan tidak juga berusaha melakukannya. Walaupun dalam keadaan bermusuhan, Islam tetap memelihara dalam jiwa faktor-faktor keharmonisan hubungan yakni kejujuran tingkah laku perlakuan yang adil menanti datangnya waktu dimana lawan-lawannya dapat menerima kebajikan yang ditawarkannya sehingga mereka bergabung dibawah panji-panjinya. Islam sama sekali tidak berputus asa mananti hari dimana hati manusia akan menjadi jernih dan mengarah kearah yang lurus itu.
Dalam ayat ini, Allah SWT menerangkan bahwa Dia tidak melarang orang-orang yang beriman berbuat baik, mengadakan hubungan persaudaraan, tolong-menolong dan bantu-membantu dengan orang-orang kafir selama mereka tidak mempunyai niat menghancurkan Islam dan kaum muslimin, tidak mengusir dari negeri-negeri mereka dan tidak pula berteman akrab dengan orang-orang yang hendak mengusir itu. Dalam ayat ini diterangkan bahwa Allah SWT hanyalah melarang kaum muslimin bertolong-tolongan dengan orang-orang yang menghambat atau menghalangi manusia di jalan Allah, dan memurtadkan kaum muslimin sehingga ia berpindah kepada agama lain, yang memerangi, mengusir dan membantu pengusir kaum muslimin dari negeri mereka. Dengan orang yang semacam itu Allah melarang dengan sangat kaum muslimin berteman dengan mereka.  Pada akhir ayat ini Allah SWT mengancam kaum muslimin yang menjadikan musuh-musuh mereka sebagai teman bertolong-tolongan dengan mereka, jika mereka melanggar larangan Allah ini, maka mereka adalah orang-orang yang dzalim.[7]
2.      Al Maidah ayat 69
¨bÎ) šúïÏ%©!$# (#qãYtB#uä šúïÏ%©!$#ur (#rߊ$yd tbqä«Î6»¢Á9$#ur 3t»|Á¨Y9$#ur ô`tB šÆtB#uä «!$$Î/ ÏQöquø9$#ur ̍ÅzFy$# Ÿ@ÏJtãur

$[sÎ=»|¹ Ÿxsù ì$öqyz óOÎgøŠn=tæ Ÿwur öNèd tbqçRtøts ÇÏÒÈ  
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja (diantara mereka) yang benar-benar saleh, Maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”

Az Zamakhsyari mengemukakan, redaksi ini menurutnya bertujuan untuk menggaris bawahi bahwa jangankan orang-orang Yahudi dan Nasrani, para Shabi’un pun yang kedurhakaan mereka terhadap Allah jauh lebih besar, diterima taubatnya oleh Allah, apalagi Ahli al-Kitab itu, selama mereka beriman dengan benar dan beramal shaleh.
Ada sementara orang yang perhatiannya tertuju kepada penciptaan toleransi antar umat beragama yang berpendapat bahwa ayat ini dapat menjadi pijakan untuk menyatakan bahwa penganut agama-agama yang disebut oleh ayat ini, selama beriman kepada Tuhan dan hari kemudian, maka mereka semua akan memperoleh keselamatan, tidak akan diliputi oleh rasa takut di akhirat kelak, tidak pula akan bersedih.
Pendapat semacam ini nyaris menjadikan semua agama sama, padahal agama-agama itu pada hakikatnya berbeda-beda dalam akidah serta ibadah yang diajarkannya. Bagaimana mungkin Yahudi dan Nasrani dipersamakan, padahal keduannya saling mempersalahkan. Bagaimana mungkin mereka dinyatakan tidak akan diliputi rasa takut atau sedih, sedang keduanya dan atas nama Tuhan yang disembah mengatakan bahwa mereka adalah penghuni surga dan yang lainnya adalah penghuni neraka.
Surga dan neraka adalah hak prerogatif Allah, memang harus diakui, tetapi hak tersebut tidak menjadikan semua penganut agama sama dihadapan-Nya. Tafsir ayat ini lebih tertuju pada hidup rukun dan damai antar pemeluk agama, yang merupakan  sesuatu yang mutlak dan juga tuntutan agama, tetapi cara untuk mencapai hal itu bukan dengan mengorbankan ajaran agama. Caranya adalah hidup damai dan menyerahkan kepada-Nya semata untuk memutuskan dihari kemudian kelak, agama siapa yang direstui-Nya dan agama siapa pula yang keliru, kemudian menyerahkan pula kepada-Nya penentuan akhir, siapa yang dianugerahi kedamaian dan surga dan siapa pula yang akan takut dan bersedih.[8]
IV.             KESIMPULAN

Toleransi dapat dikatakan sebagai jalan keluar yang dicetuskan Islam untuk mensikapi pluralisme. Banyak sekali ayat al-Quran dan hadis Nabi Muhammad SAW yang dapat dijadikan referensi dalam menikmati hidup   bertoleransi. Secara umum, al-Quran dan sunnah Nabi SAW menekankan pentingnya keadilan, kasih sayang dan kemanusiaan yang semuanya merupakan pilar-pilar toleransi. Hanya saja Islam menggarisbawahi bahwa toleransi hanya akan efektif jika masing-masing pihak tetap berjalan diatas relnya dan tidak merongrong eksistensi pihak lain. Dalam hal terjadi pengkhianatan terhadap nilai-nilai toleransi, maka Islam mengharuskan umat Islam bersikap tegas dengan memerangi pihak-pihak yang telah merusak harmoni ritme kehidupan tersebut.

V.                PENUTUP
Demikianlah makalah kami buat, semoga dapat memberi manfaa’at kepada penyusun khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Kami sadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan mengandung banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya.



DAFTAR PUSTAKA
Al-Maraghi, Ahmad Musthofa Tafsir Al-Maraghi (PT. Karya Toha Putra Semarang, 1993)
Shihab, M. Quraish Tafsir Al-Misbah, vol 2 (Jakarta: Lentera Hati,2002)
Shihab, M. Quraish Tafsir Al-Misbah, vol 2 (Jakarta: Lentera Hati,2002)
Quthub, Sayyid. Tafsir Fi’ Zhilalil Quran terj. As’ad Yasin, dkk., cet. I,
Jakarta: Gema Insani, 2004
May 2011, 7:34 PM



[1] Ahmad Musthofa Al-Maraghi Tafsir Al-Maraghi (PT. Karya Toha Putra Semarang, 1993) hlm.213
[2] Ibid.
[3] M. Quraish Shihab Tafsir Al-Misbah, vol 2 (Jakarta: Lentera Hati,2002). Hlm. 48
[4] Op, cit. hlm. 37
[5] Op, cit. hlm.119
[7] Sayyid Quthub,  Tafsir Fi’ Zhilalil Quran terj. As’ad Yasin, cet. I, (Jakarta: Gema Insani, 2004). Hlm. 31


[8] Quraish Shihab Tafsir Al-Misbah, vol 3 (Jakarta: Lentera Hati,2002). Hlm. 143-146

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pembaca yang baik meninggalkan jejak yang baik,
Jangan lupa di comment ya :)