Kamis, 13 November 2014

Makalah Sejarah Peradaban Islam





KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM SEBELUM PENJAJAHAN BELANDA


Disusun oleh:
Nur Askhonah             (134211026)
Muhammad Ruli         (134211027)
Siti Fatihatul Ulfa       (134211028)


A.    Pendahuluan
Sebelum penjajah Belanda datang ke Indonesia, di Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan besar seperti: Samudera Pasai dan Aceh Darussalam (Sumatera), Pajang, Demak, Mataram, Cirebon, dan Banten (Jawa),  Banjar dan Kutai (Kalimantan), Gowa-Tallo, Bone, Wajo, Soppeng, dan Luwa (Sulawesi).
Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah kerajaan Samudera Pasai yang merupakan kerajaan kembar. Kerajaan ini terletak di pesisir timur laut Aceh. Kerajaan Aceh terletak di daerah yang sekarang dikenal dengan nama Kabupaten Aceh Besar. Di sini pula terletak ibu kotanya. Kurang begitu diketahui kapan kerajaan ini sebenarnya berdiri. Anas Machmud berpendapat, Kerajaan Aceh berdiri pada abad ke 15 M, di atas puing-puing kerajaan Lamuri, oleh Muzaffar Syah (1465-1497).
Sedangkan di Pulau Jawa juga berdiri kerajaan Demak yang dipimpin oleh Raden Patah, kemudian berdiri pula Kesultanan Pajang yang dipandang sebagai pewaris kerajaan Islam Demak. Kesultanan Cirebon adalah kerajaan Islam pertama di jawa Barat. Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Gunung Jati.
Di Kalimantan juga berdiri dua buah kerajaan yaitu kerajaan Banjar yang rajanya bernama Sultan Suruiansyah, dan kerajaan Kutai yang salah satu rajanya bernama Tuan di bandang atau lebih dikenal dengan sebutan Dato’ Ri Bandang.[1]
B.     Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam makalah ini adalah : Bagaimana kondisi dan perkembangan kerajaan-kerajaan islam sebelum penjajahan Belanda?


C.    Pembahasan
1.Kerajaan-kerajaan islam pertama di Sumatera
A. Samudera Pasai
Kerajaan Samudera Pasai adalah Kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kerajaan ini terletak di pesisir timur laut Aceh. Kemunculannya pertama kalidiperkirakan abad ke-13 M, sebagai hasil dari proses Islamisasi daerah-daerah pinggir pantai yang pernah disinggahi para pedagang-pedagang muslim sejak abad ke-7, ke-8, dan seterusnya. Bukti berdirinya kerajaan ini adalah dengan adanya nisan kubur yang terbuat dari batu granit asal Samudera Pasai. Dan nisan itu, dapat diketahui bahwa raja pertama kerajaan itu meninggal pada bulan Ramadhan tahun 696 H, yang diperkirakan bertepatan dengan tahun 1297 M.
Malik Al-Shaleh adalah raja pertama kerajaan samudera pasai dan merupakan pendiri kerajaan itu. Hal ini diketahui melalui tradisi Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Melayu, dan juga hasil penelitian atas berbagai sumber yang dilakukan sarjana-sarjana Barat, khususnya Belanda, seperti Snouck Hurgronye, J.P.Molquette, J.L.Moens, J.Hushoff Poll, G.P.Rouffaer, H.K.J.Cowan, dan lain-lain.
Dari segi politik , munculnya kerajaan samudera pasai  pada abad ke- 13 M itu sejalan dengan suramnya peranan kerajaan sriwijaya, yang sebelumya memegang peranan penting di kawasan Sumatera dan sekelilingnya.[2]
Dalam kehidupan perekonomiannya, kerajaan maritim ini, tidak mempunyai basis agraris.Basis perekonomiannya adalah perdagangan dan pelayaran.Pengawasan terhadap perdagangan dan pelayaran itu merupakan sendi-sendi kekuasaan yang memungkinkan kerajaan memperoleh penghasilan dan pajak yang besar.
Kerajaan Samudera Pasai berlangsung sampai tahun 1524 M. Pada tahun 1521 M, kerajaan ini ditaklukkan oleh Portugis yang mendudukinya selama tiga tahun, kemudian tahun 1524 M dianekasasi oleh raja Aceh, Ali Mughayatsyah. Selanjutnya, kerjaan Samudera Pasai berada di bawah pengaruh kesultanan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam.[3]
B. Aceh Darussalam
Kerajaan Aceh terletak di daerah yang sekarang dikenal dengan nama Kabupaten Aceh Besar yang terletak di ibu kotanya. Kerajaan Aceh berdiir pada abad ke-15 M oleh Muzaffar Syah (1465-1497 M). Dialah yang membangun kota Aceh Darussalam.[4]Menurutnya, pada masa pemerintahannya Aceh Darussalam mulai mengalami kemajuan dalam bidang perdagangan karena saudagar-saudagar Muslim yang sebelumnya berdagang dengan Malaka memindahkan kegiatan mereka ke Aceh, setelah Malaka dikuasai oleh Portugis (1511 M).
2. Tumbuh dan Berkembangnya Kerajaan-Kerajaan  Islam di Jawa
A. Demak
Dibawah pimpinan Sunan Ampel Denta , walisongo bersepakat mengangkat Raden Patah menjadi raja pertama kerajaan Demak, kerajaan Islam pertama di Jawa. Raden Patah dalam menjalankan pemerintahannya, terutama dalam persoalan-persoalan agama, dibantu oleh para ulama, Wali Songo.
Palembang dan Banjarmasin mengakui kekusaan Demak.Sementara dareah Jawa Tengah bagian selatan sekita Gunung Merapi, Pengging, dan Pajang berhasil dikuasai berkat pemuka Islam, Sayikh Siti Jenar dan Sunan Tembayat.

B. Pajang
Usia kesultanan ini tidak panjang, kekuasaan dan kebesarannya diambil alih oleh kerajaan Mataram. Sultan atau raja pertama kerajaan ini adalah Jaka Tingkir yang berasal dari Pengging, di lereng Gunung Merapi.
Selama pemerintahan Sultan Adiwijaya, kesusasteraan dari kesenian keraton yang sudah maju di Demak dan Jepara lambat laun dikenal di pedalaman besar Jawa. Pengaruh agama islam yang kuat di pesisir menjalar dan tersebar ke daerah pedalaman.
Riwayat kerajaan Pajang berakhir tahun 1618.Kerajaan Pajang waktu itu memberontak terhadap Mataram ketika itu di bawah Sultan Agung.Pajang dihancurkan, rajanya melarikan diri ke Giri dan Surabaya.
C. Mataram
Awal kerajaan Mataram adalah ketika Sultan Adijaya dari Pajang meminta bantuan kepada Ki Pamanahan yang berasal dari daerah pedalaman untuk menghadapi dan menumpas pemberontakan Aria Panangsang.
Senopati dipandang sebagai Sultan Mataram pertama, setelah Pangeran Benawa anak Sultan Adiwijaya menawarkan kekuasaan atas Pajang kepada Senopati.
Senopati kemudian berkeinginan menguasai semua Raja bawahan Pajang, tetapi ia tidak mendapat pengakuan dari para penguasa Jawa Timur sebagai pengganti Raja Demak dan kemudian Pajang.
Masa pemerintahan Amangkurat I hampir tidak pernah reda dari konflik.Tindakan pertama pemerintahannya adalah menumpas pendukung Pangeran Alit dengan membunuh banyak ulama yang dicurigai.Ia yakin ulama dan santri adalah bahaya bagi tahtanya. Pada tahun 1677 M dan 1678 M, pemberontakan para ulama muncul kembali dengan tokoh spiritual Raden kajoran.Pemberontakan-pemberontakan seperti itulah yang mengakibatkan runtuhnya Kraton Mataram.[5]
D. Cirebon
Kesultanan Cirebon adalah kerajaan Islam pertama di Jawa Barat.Kerajaan ini didirikan oleh Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati lahir tahun 1448 dan wafat 1568 M dalam usia 120 tahun. Setelah Cirebon resmi berdiri sebagai sebuah kerajaan Islam yang bebas dari kekuasaan Pajajaran, Sunan Gunung Jati berusaha meruntuhkan kerajaan Pajajaran yang masih belum menganut islam.
Keutuhan Cirebon sebagai suatu kerajaan hanya sampai Pangeran Girilaya.Sepeningggalnya Cirebon diperintah oleh dua putranya, Marta Wijaya atau Sepuh dan Kartawijaya atau Panembahan Anom.Panembahan Sepuh memimpin kesultanan Kasepuhan sebagai Rajanya yang pertama denagn gelar Samsuddin, sementara Panembahan Anom memimpin kesultanan Kanoman dengan gelar Badruddi.
E. Banten
Sejak sebelum zaman islam, ketiak masih berada di bawah kekuasaan raja – raja Sunda, Banten sudah menjadi kota yang berarti. Kekuasaan Sunan Gunung Jati atas Banten diserahkan kepada putranya, Hasanuddin. Hasanuddin kawin dengan putri Demak dan diresmikan menjadi Panembahan Banten tahun 1552.
Pada tahun 1568, disaat kekuasaan Demak beralih ke Pajang, Hasanuddin memerdekakan Banten. Itulah sebabnya oleh tradisi ia di anggap sebagai raja islam pertama di Banten.[6]



3. Tumbuh Dan Berkembangnya Kerajaan – Kerajaan Islam Di Kalimantan, Maluku Dan Sulawesi
            A. Kalimantan
Kalimantan terlalu luas untuk berada di bawah satu kekuasaan pada waktu datangnya islam. Daerah barat laut menerima islam dari Malaya, daerah timur dari Makassar dan wilayah Selatan dari Jawa.
a)    Berdirinya Kerajaan Banjar Di Kalimantan Selatan
Kerajaan Banjar merupakan kelanjutan dari kerajaan Daha yang beragama hindu. Berawal dari pertentangan dalam keluarga istana, antara pangeran Samudra sebagai pewaris sah kerajaan Daha dengan pamannya pangeran Temanggung.Atas bantuan Patih Asih, Pangeran Samudera dapat menghimpun kekuatan perlawanan.Patih masih mengusulkan kepada pangeran Samudra untuk meminta bantuan kepada kerajaan Demak. Sultan Demak bersedia membantu asal pangeran Samudra nanti masuk islam. Sultan Demak kemudian mengirim bantuan seribu orang tentara beserta seorang penghulu bernama Khatib Dayan untuk mengislamkan orang Banjar.
Pangeran Samudra setelah masuk islam diberi nama Sultan Suryanulloh atau Suriansyah yang dinobatkan sebagai raja pertama dalam kerajaan islam Banjar.
b)      Kutai Di Kalimantan Timur
Menurut risalah Kutai, dua orang penyebar Islam tiba di Kutai pada masa pemerintahan Raja Mahkota. Salah seorang di antaranya adalah Tuan di bandang, yang dikenal dengan Dato’Ri Bandang dari makassar; yang lainnya adalah Tuan Tunggang Parangan. Setelah pengislaman itu, Dato’Ri Bandang kembali ke Makassar sementara Tuan Tunggang Parangan tetap di Kutai. Melalui yang terakhir inilah Raja Mahkota tunduk kepada keimanan Islam. Setelah itu, segera dibangun sebuah mesjid dan pengajaran agama dapat dimulai. Yang pertama sekali mengikuti pengajaran itu adalah Raja Mahkota Sendiri, kemudian pangeran, para menteri, panglima dan hulubalang, dan akhirnya rakyat biasa. Sejak itu, Raja mahkota berusaha keras menyebarkan Islam dengan pedang. Proses Islamisasi di Kutai dan daerah sekitarnya diperkirakan terjadi pada tahun 1575. penyebaran lebih jauh ke daerah-daerah pedalaman dilakukan terutama pada waktu puteranya, Aji di Langgar, dan pengganti-penggantinya, meneruskan perang ke daerah Muara Kaman. [7]
B. Maluku
Islam mencapai Kepulauan rempah-rempah atau yang sekarang lebih dikenal dengan Maluku ini yaitu pada pertengahan terakhir abad ke-15. Sekitar tahun 1460 M raja Ternate Vongi Tidore memeluk agama Islam, ia menikahi seoarang wanita keturunan ningrat dari Jawa. Namun, H.J. de Graaf berpendapat bahwa raja pertama yang benar-benar muslim adalah Zayn Al-’Abidin (1486-1500 M).
Pada masa itu gelombang perdagangan muslim terus mengalami peningkatan sehingga raja menyerah kepada tekanan para pedagang Muslim itu dan memutuskan belajar tentang Islam pada madrasah Giri. Di Giri ia dikenal dengan nama Raja Bulawa atau Raja Cengkeh, mungkin karena ia membawa cengkeh ke sana sebagai hadiah. Ketika kembali dari Jawa ia mengajak Tahubahahul ke daerahnya, yang terakhir ini kemudian dikenal sebagai penyebar utama agama Islam di Kepulauan Maluku.[8]
Karena usia Islam masih muda di Ternate Portugis yang tiba di sana pada tahun 1522 M, berharap dapat menggantikannya dengan agama kristen. Harapan itu tidak dapat terwujud karena usaha-usaha yang telah dilakukan mereka hanya mendatangkan hasil yang sedikit.
Berkenaan dengan Ambon, sejarawan Ambon satu-satunya yaitu Rijali menceritakan bahwa perdana Jamilu dari hitu (salah satu dari semenanjung di Ambon) menemani penguasa dari Ternate Zayn Al-‘Abidin dalam perjalanannya ke Giri. Menurut de Graaf pernyataan ini hanya menunjukkan bahwa hubungan antar Hitu dengan Ternate memang sangat dekat.
Tersebarnya Islam di Hitu lebih dikarenakan datangnya seorang qadi yaitu Ibrahim yang menjadi seorang qadi di Ambon dan memberikan pengajaran kepada seluruh guru agama islam di pulau ini. Ambon bahkan mendirikan sebuah masjid bergonjong tujuh yang mengingatkan orang kepada Giri, bangunan yang didirikan dalam bentuk yang sama.riwayat setempat menguatkan pendapat ini yang menybutkan bahwa sumber Islam di Ambon adalah Jawa, meskipun Pasai dan makkah juga disebut-sebut. Dalam riwayat itu disebutkan bahwa pendiri sebuah kampung di Kailolo adalah Usman yang memperoleh Islam dari seorang guru agama dari Jawa,yang mengadakan perjalanan dari Mekah ke Gresik.
Komunikasi antara Maluku dan Giri memang masih bertahan sampai abad ke-17. Bahkan Demak dan Jepara merupakan sekutu-sekutu Hitu dalam peperangan melawan Portugis yang menempatkan diri di Leitimor, semenanjung Ambon yang penduduknya masih menyembah berhala. Di daerah inilah Portugis berhasil memperkenalkan Kristen kepada penganut agama berhala itu.  

C.  Sulawesi
Di Sulawesi Kerajaan Gowa-Tallo merupakan Kerajaan kembar yang saling berbatasan biasanya disebut Kerajaan Makasar. Kerajaan ini terletak di semenanjung barat Daya pulau Sulawesi yang merupakan daerah transit yang sangat strategis.
Sejak Gowa-Tallo tampil sebagai pusat perdagangan laut, Kerajaan ini mejalin hubungan baik dengan Ternate yang telah menerima Islam dari Gresik/Giri. Di bawah pemerintahan Sultan Babullah Ternate mengadakan perjanjian persahabatan dengan Gowa-Tallo. Ketika itulah raja Ternate berusaha mengajak penguasa Gowa-Tallo untuk menganut agama Islam, tetapi gagal. Baru pada waktu Datu’ Ribandang datang ke Kerajaan Gowa-Tallo agama Islam mulai masuk di dalam Kerajaan ini. Alauddin (1591-1636 M) adalah sultan pertama yang menganut Islam yaitu pada tahun 1605 M.
Penyebaran Islam setelah itu berlangsung sesuai dengan tradisi yang telah ama diterima oleh para raja keturunan To Manurung. Tradisi itu mengharuskan seorang raja untuk memberitahukan hal baik kepada yang lain. Karena itu Kerajaan kembar Gowa-Tallo menyampaikan pesan Islam kepada Kerajaan-kerajaan lain seperti Luwu, Wajo, Soppeng dan Bone. Raja Luwu segera menerima pesan Islam itu. Sementara itu, tiga Kerajaan Wajo, Soppeng dan Bone yang terikat dalam aliansi Tallumpoeco (tiga kerajaan) dalam perebutan hegemoni dengan Gowa-Tallo. Wajo menerima Islam tanggal 10 Mei 1610 M dan Bone, merupakan saingan politik gowa sejak pertengahan abad ke-16 tanggal 23 November 1611 M. Raja Bone yang pertama masuk Islam dikenal dengan gelar Sultan Adam. Namun meski sudah Islam peperangan-peperangan antara dua Kerajaan yang bersaing itu pada masa-masa selanjutnya masih sering terjadi dan bahkan melibatkan Belanda untuk mengambil keuntungan politik daripadanya.
 4. Hubungan Politik dan Keagamaan antara Kerajaan-kerajaan Islam.
Hubungan antara satu kerajaan Islam dengan kerajaan Islam lainnya pertama-tama memang terjalin karena persamaan agama. Hubungan itu pada mulanya, mengambil bentuk kegiatan dakwah, kemudian berlanjut setelah kerajaan-kerajaan Islam berdiri. Demikianlah misalnya antara Giri dengan daerah-daerah Islam di Indonesia bagian timur, terutama Maluku. Adalah dalam rangka penyebaran Islam itu pula Fadhillah Khan dari Pasai datang ke Demak, untuk memperluas wilayah kekuasaan ke Sunda Kelapa.
Dalam bidang politik, agama pada mulanya dipergunakan untuk memperkuat diri dalam menghadapi pihak-pihak atau kerajaan-kerajaan yang bukan Islam, terutama yang mengancam kehidupan politik maupun ekonomi. Persekutuan antara Demak dengan Cirebon dalam menaklukkan Banten dan Sunda Kelapa dapat diambil sebagai contoh. Contoh lainnya adalah persekutuan kerajaan-kerajaan Islam dalam menghadapi Portugis dan Kompeni Belanda yang berusaha memonopoli pelayaran dan perdagangan.
Meskipun demikian, kalau kepentingan politik dan ekonomi antarkerajaan-kerajaan Islam itu sendiri terancam, persamaan agama tidak menjamin bahwa permusuhan tidak ada. Peperangan di kalangan kerejaan-kerajaan Islam sendiri sering terjadi. Misalnya, antara Pajang dan Demak, Ternate dan Tidore, Gowa-Tallo dan Bone. Oleh karena kepentingan yang berbeda di antara kerajaan-kerajaan itu pula, sering satu kerajaan Islam meminta bantuan kepada pihak lain, terutama Kompeni Belanda, untuk mengalahkan kerajaan islam yang lain.
Hubungan antarkerajaan-kerajaan Islam lebih banyak terletak dalam bidang budaya dan keagamaan. Samudera Pasai dan kemudian Aceh yang dikenal dengan Serambi Mekah menjadi pusat pendidikan dan pengajaran Islam. Dari sini ajaran-ajaran Islam tersebar ke seluruh pelosok Nusantara melalui karya-karya ulama dan murid-muridnya yang menuntut ilmu ke sana.
Demikian pula halnya dengan Giri di Jawa Timur terhadap daerah-daerah di Indonesia bagian timur. Karya-karya sastera dan keagamaan dengan segera berkembang di kerajaan-kerajaan Islam. Tema dan isi karya-karya itu seringkali mirip antara satu dengan yang lain. Kerajaan Islam itu telah merintis terwujudnya idiom kultural yang sama, yaitu Islam. Hal ini menjadi pendorong terjadinya interaksi budaya yang makin erat.  [9]



D.  kesimpulan
Beberapa kerajaan Islam di Sumatera antara lain: pertama, Kerajaan Perlak, berdiri abd ke-3 H/abad ke-7 M, didirikan oleh Sayid Abdul Aziz Syah. kedua, Kerajaan Samudera Pasai, berdiri abad ke-13 didirikan oleh Malek Al-Saleh. Ketiga, Kerajaan Aceh Darussalam, berdiri tahun 1524 M didirikan oleh Mughayat Syah. Keempat, Kerajaan Siak berdiri tahun1723 M didirikan oleh Sultan rahmat Abdul Jalil Syah. Kelima, Kerajaan Palembang, berdiri tahun 1659 M didirikan oleh Sulta Abdurrahman Khalifatul Mukminin Syah.
Beberapa kerajaan di Jawa yaitu Kerajaan Demak yang diprakarsai oleh Walisongo dan raja pertamanya adalah Raden Fatah (1478-1518 M). Kerajaan Pajang, raja pertamanya adalah Jaka Tingkir atau Pangeran Adijaya. Kerajaan Mataram, didirikan oleh Panembahan Senopati. Kerajaan Cirebon yang berada di Jawa Barat dan didirikan oleh Sunan Gunungjati. Dan kerajaan Banten, didirikan oleh Sunan Gunungjati.
Kerajaan di Kalimantan, di Maluku dan di Sulawesi. Di Kalimantan ada Kerajaan Banjar dan kerajaan Kutai. Sementara di Sulawesi terdapat Kerajaan Gowa-Tallo(Kerajaan Kembar), Kerajaan Wajo, Kerajaan Soppeng dan Kerajaan Bone.
Hubungan kerajaan Islam  satu dengan kerajaan Islam lainya pertama-tama memang terjalin  kerena persamaan agama. Hubungan itu pada mulanya mengambil bentuk kegiatan dakwah, kemudian berlanjut setelah Kerajaan-kerajaan Islam berdiri. Dalam bidang politik, agama pada mulanya dipergunakan untuk memperkuat diri dalam menghadapi pihak-pihak atau Kerajaan-kerajaan yang bukan Islam, terutama yang mengancam kehidupan politik maupun ekonomi. Hubungan antar Kerajaan-kerajaan Islam lebih banyak terletak dalam bidang budaya dan keagamaan.



Daftar Pustaka
Amin, Samsul Munir.2009 Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.
DE GRAFF dan PIGEAUD,1986. Kerajaan Islam Pertama Jawa, Jakarta: PT. Pustaka      
Gadjahnata dan Sri Edi Swsono .1986. Masuk dan Berkembangnya Islam di Sumatera Selatan. Jakarta: UI-Press.
Yatim, Badri. 2010.Sejarah Peradaban Islam 2. Jakarta: Rajagrapindo Persada.
                                                                                                        























[1]Rasyid Rizani, S.HI., M.HI (Hakim pada Pengadilan Agama Bajawa – NTT). Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia Sebelum Masa Penjajahan Belanda.http://konsultasi-hukum-online.com/2013/06/kerajaan-kerajaan-islam-di-indonesia-sebelum-masa-penjajahan-belanda/#. 12 November 2013. Pukul 19:30 WIB

[2]Dr. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.1993), hlm.205.
[3] Ibid. Badri Yatim. Hlm. 208-210.
[4]Ibid. Badri Yatim. Hlm. 210-212.
[5] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.1993), hlm.205.
[6] DE GRAFF dan PIGEAUD, Kerajaan Islam Pertama Jawa, (Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti.1985), hlm.133
[7] Uka Tjandrasasmita, Sejarah …, op. cit., hlm. 25
[8] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.1993), hlm.205.

[9] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.1993), hlm.205.

 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pembaca yang baik meninggalkan jejak yang baik,
Jangan lupa di comment ya :)