Jumat, 14 November 2014

Makalah Puasa dalam Perspektif Membentuk Pendewasaan Spiritual



Disusun oleh :
Muhammad Ruli         (134211027)
Siti Fatihatul Ulfa       (134211028)


       I.            PENDAHULUAN

        Bagi umat Islam puasa familiar setiap bulan Ramadhan pada  hitungan kalender hijriah. Disamping itu terdapat juga puasa di luar Ramadhan. Yakni puasa-puasa sunat, namun puasa bukanlah milik umat Islam semata. Dalam agama lain pun ada praktik puasa. Agama Hindu, sebagai amsal, penganutnya kerap melakukan puasa sebagai agenda rutin mempersiapkan diri memasuki upacara-upacara  ritual keagaaman, demikian pula dalam agama Budha yang menganjurkan puasa pada hari-hari biasa dengan makan hanya sekali sehari-semalam.
Para pakar dan filsufpun punya nilai tersendiri dalam memandang puasa. Umumnya mereka menyebutnya bahwa puasa memiliki nilai positif yang sangat besar, soal pembersihan diri, belajar menjadi orang miskin hingga pada tataran nilai ibadah terhadap Tuhan, puasa juga memilki nilai pendewasaan secara spiritual. Betapa dalam pelaksanaan puasa, manusia dididik menjadi lebih dewasa, meskipun yang melakukan puasa tersebut adalah kanak-kanak. Diantara pendidikan pendewasaan dalam pelaksanaan puasa adanya sikap saling menghormati, baik sesama orang yang berpuasa maupun antara orang berpuasa dengan yang tidak puasa. Bahkan, perempuan yang sedang haid, yang tidak diwajibkan berpuasapun tidak akan makan dihadapan orang berpuasa, meskipun yang berpuasa itu hanya anak-anak. Disinilah mental orang berpuasa dididik menjadi saling menghormati dan mendewasakan diri.

    II.            RUMUSAN MASALAH

      Adapun dalam makalah ini kami akan merumuskan masalah, bagaimana puasa  dalam perspektif membentuk pendewasaan spiritual?

 III.            PEMBAHASAN

     Dari berbagai ibadah dalam islam, puasa di bulan Ramadah merupakan ibadah wajib yang paling mendalam bekasnya pada jiwa seorang muslim. Pengalaman selama sebulan dengan berbagai kegiatan yang menyertainya seperti berbuka, tarawih dan makan sahur senantiasa membentuk unsur kenangan yang mendalam akan masa kanak-kanak di hati seorang mulim.
     Maka ibadah puasa merupakan bagian dari pembentuk jiwa keagamaan seseorang dan menjadi sarana pendidikannya diwaktu kecil dan seumur hidup
Menurut para ahli puasa merupakan salah satu bentuk ibadah yang paling mula-mula serta yang paling luas tersebar di kalangan umat manusia. Bentuk puasa pada umumnya selalu berupa sikap menahan diri dari makanan dan minum serta dari pemenuhan kebutuhan biologis, juga ada puasa penahanan diri dari bekerja, berbicara, maka ibadah puasa memang berkaitan denga ide latihan atau riyadhah, yaitu latihan keruhanian sehingga semakin berat semakin baik dan utama, karena semakin kuat membekas pada jiwa dan raga orang yang melakukannya.
A.                Puasa membentuk berfikir positif
    Dalam perjalan sehari itu, pasti menemui berbagai situasi dan masalah yang bisa dijawabnya dengan respon yang positif dan kemaslahatan bersama, pekerjaan dilakukannya dengan dedikasi yang tinggi, tertib, dan bersih. Usahanya dilakukan dengan ulet dan jujur, keberhasilan tidak membuatnya lupa daratan, justru sebaliknya membuat semakin dekat dengan Allah. Kegagalanpun tidak membuatnya putus asa dan frustasi berkepanjangan, tetapi membuatnya lebih menyadari diri untuk memperbaiki dan menigkatkannya usahanya dengan selalu memohon pertolongan-Nya.
Bagi seorang mukmin yang selalu berpuasa dengan merasakan haus dan lapar walau harus sampai maghrib, tidak ada alasan untuk bersikap masa bodoh dan egoisme, karena ia telah merasakan derita yang dialami oleh fakir miskin dengan penderitaan mereka yang berat. Dan puasa juga menjadi sumber penumbuhan kekuatan cita-cita, Kehendak dan kemauan, puasa juga sebagian sumber yang memancarkan kekuatan beragama dan penambah kekuatan sinar iman dan batin salin itu juga puasa menjadi sumber pokok kekuatan dan kesehatan. Baik jasmaniah maupun rohaniah serta menambah lemah lembut dan kehalusan budi pekerti dan akhlak yang luhur.[1]
B.                 Puasa mencegah penyakit hati
     Karena puasa melatih seseorang untuk mempunyai sifat sabar dan sifat-sifat baik lainnya yang diperoleh saat melakukan puasa dengan sebenar-benarnya, bukan hanya dengan tujuan untuk mengguggurkan kewajiban semata. [2]    
C.                 Puasa membentuk kesucian dan tanggung jawab pribadi
      Menuturkan tentang adanya firman ( dalam bentuk Hadits Qudsi )  “Semua amal seorang anak adam (manusia) adalah untuk dirinya kecuali puasa, sebab puasa itu adalah untuk-Ku, dan Aku-lah yang akan memberi pahala, berkaitan dengan ini. Ibn al Qayyim al Jauzi memberi penjelasan  bahwa puasa itu adalah untuk Tuhan seru sekalian alam, berbeda dari amal-amal yang lain. Sebab seorang yang berpuasa tidak melakukan sesuatu apapun melainkan meninggalkan syahwatnya, makanannya dan minumnya demi sembahnnya (Ma’budu, yakni Tuhan penulis) orang itu meninggalkan segala kesenangan dan kenikmatan dirirnya karena lebih mengutmakan cinta Allah dan ridha-Nya. Jadi salah satu hakikat ibadah puasa ialah sifatnya yang pribadi atau personal ,dari segi kerahasiaan itu merupakan sumber hikmahnya, yang kerahasiaan itu sendiri terkait erat dengan makna keikhlasan dan ketulusan.
Jadi inti pendidikan Ilahi melalui ibadah puasa ialah penanaman dan pengukuhan kesadaran yang sedalam-dalmnya akan Ke-Maha-Hadiran Allah, adalah kesadaran ini yang melandasi ketaqwaan atau merupakan hakikat ketaqwaan itu, dan mebimbing seseorang kearah tingkah laku yang terpuji, dengan begitu dapat diharapkan akan tampil sebagai seorang yang berbudi pekerti luhur, berakhlak karimah sebagaimana firman Allah Swt dalam surat al-Baqarah ayat 183:
$ygƒr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä |=ÏGä. ãNà6øn=tæ ãP$uÅ_Á9$# $yJx. |=ÏGä. n?tã šúïÏ%©!$# `ÏB öNà6Î=ö7s% öNä3ª=yès9 tbqà)­Gs? ÇÊÑÌÈ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (Q.S. 2:183)
D.                Puasa dan tanggung jawab kemasyarakatan
    Salah satu hikmah ibadah puasa adalah penanaman rasa solidaritas social, karena ibadah puasa selalu disertai dengan anjuran untuk berbuat baik sebanyak-banyaknya, terutama berbuat baik dalm bentuk tindakan menolong meringankan beban kaum fakir miskin yaitu zakat, sedekah, infaq. Maka puasa mempunyai nilai pendekatan kepada Allah bukanlah penderitaan lapar melalui hidup penuh prihatin itu. [3]

 IV.            KESIMPULAN

Didalam bulan Ramadhan, sering kita temui pesan-pesan Allah SWT. Yang tersembunyi yang semuanya ditujukan untuk mendidik dan memberi pelajaran kepada manusia. Baik itu berupa perintah maupun larangan. Agar manusia mau mencari ilmu dan bertenggang rasa.
Didalam ibadah puasa juga, umat muslim diperintahkan untuk menahan lapar dan haus sepanjang hari. Demi bertujuan untuk mendidik rasa tenggang rasa terhadap orang-orang yang tidak berkemampuan, mereka yang tidak mampu membeli makanan, bahkan minuman, karena tidak memiliki harta. Sebenarnya inti dari ibadah tersebut terbilang cukup sederhana. Yang paling mudah ditangkap adalah, anjuran atau pendidikan untuk saling berbagi satu sama lainnya.


DAFTAR PUSTAKA

Al-Zuhayly, Wahbah. 1995. Puasa dan Itikaf. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rahmat, Jalaluddin. 2008. Petualangan Spiritualitas. Yokyakarta: Pustaka Pelajar.

Suyadi. 2007. Keampuhan Puasa Dawud . Yokyakarta: Mitra Pustaka.



[1] Jalaluddin Rahmat, Petualangan Spiritualitas (Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hal, 134-150

[2] Suyadi, Keampuhan Puasa Dawud (Yokyakarta: Mitra Pustaka, 2007), hal, 95-102
[3] Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995), hal, 86-87

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pembaca yang baik meninggalkan jejak yang baik,
Jangan lupa di comment ya :)