KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM SEBELUM PENJAJAHAN BELANDA
Disusun oleh:
Nur Askhonah (134211026)
Muhammad Ruli (134211027)
Siti Fatihatul
Ulfa (134211028)
A. Pendahuluan
Sebelum
penjajah Belanda datang ke Indonesia, di Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan
besar seperti: Samudera Pasai dan Aceh Darussalam (Sumatera), Pajang, Demak,
Mataram, Cirebon, dan Banten (Jawa), Banjar dan Kutai (Kalimantan),
Gowa-Tallo, Bone, Wajo, Soppeng, dan Luwa (Sulawesi).
Kerajaan
Islam pertama di Indonesia adalah kerajaan Samudera Pasai yang merupakan
kerajaan kembar. Kerajaan ini terletak di pesisir timur laut Aceh. Kerajaan
Aceh terletak di daerah yang sekarang dikenal dengan nama Kabupaten Aceh Besar.
Di sini pula terletak ibu kotanya. Kurang begitu diketahui kapan kerajaan ini
sebenarnya berdiri. Anas Machmud berpendapat, Kerajaan Aceh berdiri pada abad
ke 15 M, di atas puing-puing kerajaan Lamuri, oleh Muzaffar Syah (1465-1497).
Sedangkan
di Pulau Jawa juga berdiri kerajaan Demak yang dipimpin
oleh Raden Patah, kemudian berdiri pula Kesultanan Pajang yang dipandang
sebagai pewaris kerajaan Islam Demak. Kesultanan Cirebon adalah kerajaan Islam
pertama di jawa Barat. Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Gunung Jati.
Di
Kalimantan juga berdiri dua buah kerajaan yaitu kerajaan Banjar yang rajanya
bernama Sultan Suruiansyah, dan kerajaan Kutai yang salah satu rajanya bernama
Tuan di bandang atau lebih dikenal dengan sebutan Dato’ Ri Bandang.[1]
B. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam makalah
ini adalah : Bagaimana kondisi dan perkembangan kerajaan-kerajaan islam sebelum
penjajahan Belanda?
C. Pembahasan
1.Kerajaan-kerajaan islam pertama di Sumatera
A. Samudera Pasai
Kerajaan Samudera Pasai adalah
Kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kerajaan ini
terletak di pesisir timur laut Aceh. Kemunculannya pertama
kalidiperkirakan abad ke-13 M, sebagai hasil dari proses Islamisasi daerah-daerah pinggir pantai yang
pernah disinggahi para pedagang-pedagang muslim sejak abad ke-7, ke-8, dan
seterusnya. Bukti berdirinya kerajaan ini adalah dengan adanya nisan kubur yang
terbuat dari batu granit asal Samudera Pasai. Dan nisan itu, dapat diketahui
bahwa raja pertama kerajaan itu meninggal pada bulan Ramadhan tahun 696 H, yang
diperkirakan bertepatan dengan tahun 1297 M.
Malik Al-Shaleh
adalah raja pertama kerajaan samudera pasai dan merupakan pendiri kerajaan itu. Hal ini diketahui
melalui tradisi Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Melayu, dan juga hasil
penelitian atas berbagai sumber yang dilakukan sarjana-sarjana Barat, khususnya
Belanda, seperti Snouck Hurgronye, J.P.Molquette, J.L.Moens, J.Hushoff Poll,
G.P.Rouffaer, H.K.J.Cowan, dan lain-lain.
Dari segi politik , munculnya
kerajaan samudera pasai pada abad ke- 13
M itu sejalan dengan suramnya peranan kerajaan sriwijaya, yang
sebelumya memegang peranan penting di kawasan Sumatera dan sekelilingnya.[2]
Dalam kehidupan perekonomiannya,
kerajaan maritim ini, tidak mempunyai basis agraris.Basis perekonomiannya
adalah perdagangan dan pelayaran.Pengawasan terhadap perdagangan dan pelayaran
itu merupakan sendi-sendi kekuasaan yang memungkinkan kerajaan memperoleh
penghasilan dan pajak yang besar.
Kerajaan Samudera Pasai
berlangsung sampai tahun 1524 M. Pada tahun 1521 M, kerajaan ini ditaklukkan
oleh Portugis yang mendudukinya selama tiga tahun, kemudian tahun 1524 M
dianekasasi oleh raja Aceh, Ali Mughayatsyah. Selanjutnya, kerjaan Samudera Pasai berada di
bawah pengaruh kesultanan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam.[3]
B. Aceh Darussalam
Kerajaan Aceh
terletak di daerah yang sekarang dikenal dengan nama Kabupaten Aceh Besar yang
terletak di ibu kotanya. Kerajaan Aceh berdiir pada abad ke-15 M oleh Muzaffar
Syah (1465-1497 M). Dialah yang membangun kota Aceh Darussalam.[4]Menurutnya,
pada masa pemerintahannya Aceh Darussalam mulai mengalami kemajuan dalam bidang
perdagangan karena saudagar-saudagar Muslim yang sebelumnya berdagang dengan
Malaka memindahkan kegiatan mereka ke Aceh, setelah Malaka dikuasai oleh
Portugis (1511 M).
2. Tumbuh dan Berkembangnya Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa
A. Demak
Dibawah
pimpinan Sunan Ampel Denta , walisongo bersepakat mengangkat Raden Patah
menjadi raja pertama kerajaan Demak, kerajaan Islam pertama di Jawa. Raden
Patah dalam menjalankan pemerintahannya, terutama dalam persoalan-persoalan
agama, dibantu oleh para ulama, Wali Songo.
Palembang dan Banjarmasin mengakui kekusaan
Demak.Sementara dareah Jawa Tengah bagian selatan sekita Gunung Merapi,
Pengging, dan Pajang berhasil dikuasai berkat pemuka Islam, Sayikh Siti Jenar
dan Sunan Tembayat.
B. Pajang
Usia kesultanan ini tidak panjang, kekuasaan dan
kebesarannya diambil alih oleh kerajaan Mataram. Sultan atau raja pertama
kerajaan ini adalah Jaka Tingkir yang berasal dari Pengging, di lereng Gunung
Merapi.
Selama pemerintahan Sultan Adiwijaya,
kesusasteraan dari kesenian keraton yang sudah maju di Demak dan Jepara lambat
laun dikenal di pedalaman besar Jawa. Pengaruh agama islam yang kuat di pesisir
menjalar dan tersebar ke daerah pedalaman.
Riwayat kerajaan Pajang berakhir tahun 1618.Kerajaan Pajang waktu itu memberontak
terhadap Mataram ketika itu di bawah Sultan Agung.Pajang dihancurkan, rajanya
melarikan diri ke Giri dan Surabaya.
C. Mataram
Awal kerajaan Mataram adalah ketika Sultan Adijaya dari Pajang meminta
bantuan kepada Ki Pamanahan yang berasal dari daerah pedalaman untuk menghadapi
dan menumpas pemberontakan Aria Panangsang.
Senopati dipandang sebagai Sultan Mataram pertama, setelah Pangeran Benawa anak
Sultan Adiwijaya menawarkan kekuasaan atas Pajang kepada Senopati.
Senopati kemudian berkeinginan menguasai semua Raja bawahan Pajang, tetapi
ia tidak mendapat pengakuan dari para penguasa Jawa Timur sebagai pengganti
Raja Demak dan kemudian Pajang.
Masa pemerintahan Amangkurat I hampir tidak pernah reda dari
konflik.Tindakan pertama pemerintahannya adalah menumpas pendukung Pangeran
Alit dengan membunuh banyak ulama yang dicurigai.Ia yakin ulama dan santri
adalah bahaya bagi tahtanya. Pada tahun 1677 M dan 1678 M, pemberontakan para
ulama muncul kembali dengan tokoh spiritual Raden
kajoran.Pemberontakan-pemberontakan seperti itulah yang mengakibatkan runtuhnya
Kraton Mataram.[5]
D.
Cirebon
Kesultanan Cirebon adalah kerajaan Islam pertama
di Jawa Barat.Kerajaan ini didirikan oleh Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati
lahir tahun 1448 dan wafat 1568 M dalam usia 120 tahun. Setelah Cirebon resmi
berdiri sebagai sebuah kerajaan Islam yang bebas dari kekuasaan Pajajaran,
Sunan Gunung Jati berusaha meruntuhkan kerajaan Pajajaran yang masih belum
menganut islam.
Keutuhan Cirebon sebagai suatu kerajaan hanya
sampai Pangeran Girilaya.Sepeningggalnya Cirebon diperintah oleh dua putranya,
Marta Wijaya atau Sepuh dan Kartawijaya atau Panembahan Anom.Panembahan Sepuh
memimpin kesultanan Kasepuhan sebagai Rajanya yang pertama denagn gelar
Samsuddin, sementara Panembahan Anom memimpin kesultanan Kanoman dengan gelar
Badruddi.
E. Banten
Sejak sebelum zaman islam, ketiak masih berada
di bawah kekuasaan raja – raja Sunda, Banten sudah menjadi kota yang berarti.
Kekuasaan Sunan Gunung Jati atas Banten diserahkan kepada putranya, Hasanuddin.
Hasanuddin kawin dengan putri Demak dan diresmikan menjadi Panembahan Banten
tahun 1552.
Pada tahun 1568, disaat kekuasaan Demak beralih
ke Pajang, Hasanuddin memerdekakan Banten. Itulah sebabnya oleh tradisi ia di
anggap sebagai raja islam pertama di Banten.[6]
3. Tumbuh
Dan Berkembangnya Kerajaan – Kerajaan Islam Di Kalimantan, Maluku Dan Sulawesi
A. Kalimantan
Kalimantan terlalu luas untuk berada di bawah
satu kekuasaan pada waktu datangnya islam. Daerah barat laut menerima islam
dari Malaya, daerah timur dari Makassar dan wilayah Selatan dari Jawa.
a)
Berdirinya Kerajaan Banjar Di Kalimantan Selatan
Kerajaan Banjar merupakan kelanjutan dari
kerajaan Daha yang beragama hindu. Berawal dari pertentangan dalam keluarga
istana, antara pangeran Samudra sebagai pewaris sah kerajaan Daha dengan
pamannya pangeran Temanggung.Atas bantuan Patih Asih, Pangeran Samudera dapat menghimpun
kekuatan perlawanan.Patih masih mengusulkan kepada pangeran Samudra untuk
meminta bantuan kepada kerajaan Demak. Sultan Demak bersedia membantu asal
pangeran Samudra nanti masuk islam. Sultan Demak kemudian mengirim bantuan
seribu orang tentara beserta seorang penghulu bernama Khatib Dayan untuk
mengislamkan orang Banjar.
Pangeran Samudra setelah masuk islam diberi nama
Sultan Suryanulloh atau Suriansyah yang dinobatkan sebagai raja pertama dalam
kerajaan islam Banjar.
b)
Kutai Di Kalimantan Timur
Menurut
risalah Kutai, dua orang penyebar Islam tiba di Kutai pada masa pemerintahan
Raja Mahkota. Salah seorang di antaranya adalah Tuan di bandang, yang dikenal
dengan Dato’Ri Bandang dari makassar; yang lainnya adalah Tuan Tunggang
Parangan. Setelah pengislaman itu, Dato’Ri Bandang kembali ke Makassar
sementara Tuan Tunggang Parangan tetap di Kutai. Melalui yang terakhir inilah
Raja Mahkota tunduk kepada keimanan Islam. Setelah itu, segera dibangun sebuah
mesjid dan pengajaran agama dapat dimulai. Yang pertama sekali mengikuti
pengajaran itu adalah Raja Mahkota Sendiri, kemudian pangeran, para menteri,
panglima dan hulubalang, dan akhirnya rakyat biasa. Sejak itu, Raja mahkota
berusaha keras menyebarkan Islam dengan pedang. Proses Islamisasi di Kutai dan daerah
sekitarnya diperkirakan terjadi pada tahun 1575. penyebaran lebih jauh ke
daerah-daerah pedalaman dilakukan terutama pada waktu puteranya, Aji di
Langgar, dan pengganti-penggantinya, meneruskan perang ke daerah Muara Kaman. [7]
B. Maluku
Islam mencapai Kepulauan rempah-rempah atau yang sekarang lebih dikenal
dengan Maluku ini yaitu pada pertengahan terakhir abad ke-15. Sekitar tahun
1460 M raja Ternate Vongi Tidore memeluk agama Islam, ia menikahi seoarang
wanita keturunan ningrat dari Jawa. Namun, H.J. de Graaf berpendapat bahwa raja
pertama yang benar-benar muslim adalah Zayn Al-’Abidin (1486-1500 M).
Pada masa itu gelombang perdagangan muslim terus mengalami peningkatan
sehingga raja menyerah kepada tekanan para pedagang Muslim itu dan memutuskan
belajar tentang Islam pada madrasah Giri. Di Giri ia dikenal dengan nama Raja
Bulawa atau Raja Cengkeh, mungkin karena ia membawa cengkeh ke sana sebagai
hadiah. Ketika kembali dari Jawa ia mengajak Tahubahahul ke daerahnya, yang
terakhir ini kemudian dikenal sebagai penyebar utama agama Islam di Kepulauan
Maluku.[8]
Karena usia Islam masih muda di Ternate Portugis yang tiba di sana pada
tahun 1522 M, berharap dapat menggantikannya dengan agama kristen. Harapan itu tidak dapat
terwujud karena usaha-usaha yang telah dilakukan mereka hanya mendatangkan
hasil yang sedikit.
Berkenaan dengan Ambon, sejarawan Ambon satu-satunya yaitu Rijali
menceritakan bahwa perdana Jamilu dari hitu (salah satu dari semenanjung di
Ambon) menemani penguasa dari Ternate Zayn Al-‘Abidin dalam perjalanannya ke
Giri. Menurut de Graaf pernyataan ini hanya menunjukkan bahwa hubungan antar
Hitu dengan Ternate memang sangat dekat.
Tersebarnya Islam di Hitu lebih dikarenakan datangnya seorang qadi yaitu
Ibrahim yang menjadi seorang qadi di Ambon dan memberikan pengajaran kepada
seluruh guru agama islam di pulau ini. Ambon bahkan mendirikan sebuah masjid
bergonjong tujuh yang mengingatkan orang kepada Giri, bangunan yang didirikan
dalam bentuk yang sama.riwayat setempat menguatkan pendapat ini yang menybutkan
bahwa sumber Islam di Ambon adalah Jawa, meskipun Pasai dan makkah juga
disebut-sebut. Dalam riwayat itu disebutkan bahwa pendiri sebuah kampung di
Kailolo adalah Usman yang memperoleh Islam dari seorang guru agama dari
Jawa,yang mengadakan perjalanan dari Mekah ke Gresik.
Komunikasi antara Maluku dan Giri memang masih bertahan sampai abad ke-17.
Bahkan Demak dan Jepara merupakan sekutu-sekutu Hitu dalam peperangan melawan
Portugis yang menempatkan diri di Leitimor, semenanjung Ambon yang penduduknya
masih menyembah berhala. Di daerah inilah Portugis berhasil memperkenalkan
Kristen kepada penganut agama berhala itu.
C. Sulawesi
Di Sulawesi Kerajaan Gowa-Tallo merupakan Kerajaan kembar yang saling
berbatasan biasanya disebut Kerajaan Makasar. Kerajaan ini terletak di
semenanjung barat Daya pulau Sulawesi yang merupakan daerah transit yang sangat
strategis.
Sejak Gowa-Tallo tampil sebagai pusat perdagangan laut, Kerajaan ini
mejalin hubungan baik dengan Ternate yang telah menerima Islam dari
Gresik/Giri. Di bawah pemerintahan Sultan Babullah Ternate mengadakan
perjanjian persahabatan dengan Gowa-Tallo. Ketika itulah raja Ternate berusaha mengajak
penguasa Gowa-Tallo untuk menganut agama Islam, tetapi gagal. Baru pada waktu
Datu’ Ribandang datang ke Kerajaan Gowa-Tallo agama Islam mulai masuk di dalam
Kerajaan ini. Alauddin (1591-1636 M) adalah sultan pertama yang menganut Islam
yaitu pada tahun 1605 M.
Penyebaran Islam setelah itu berlangsung sesuai dengan tradisi yang telah
ama diterima oleh para raja keturunan To Manurung. Tradisi itu mengharuskan
seorang raja untuk memberitahukan hal baik kepada yang lain. Karena itu
Kerajaan kembar Gowa-Tallo menyampaikan pesan Islam kepada Kerajaan-kerajaan
lain seperti Luwu, Wajo, Soppeng dan Bone. Raja Luwu segera menerima pesan
Islam itu. Sementara itu, tiga Kerajaan Wajo, Soppeng dan Bone yang terikat
dalam aliansi Tallumpoeco
(tiga kerajaan) dalam perebutan hegemoni dengan Gowa-Tallo. Wajo menerima Islam tanggal 10
Mei 1610 M dan Bone, merupakan saingan politik gowa sejak
pertengahan abad ke-16 tanggal 23 November 1611 M. Raja Bone yang pertama masuk
Islam dikenal dengan gelar Sultan Adam. Namun meski sudah Islam
peperangan-peperangan antara dua Kerajaan yang bersaing itu pada masa-masa
selanjutnya masih sering terjadi dan bahkan melibatkan Belanda untuk mengambil
keuntungan politik daripadanya.
4. Hubungan Politik dan Keagamaan antara Kerajaan-kerajaan Islam.
Hubungan antara satu kerajaan Islam dengan
kerajaan Islam lainnya pertama-tama memang terjalin karena persamaan agama.
Hubungan itu pada mulanya, mengambil bentuk kegiatan dakwah, kemudian berlanjut
setelah kerajaan-kerajaan Islam berdiri. Demikianlah misalnya antara Giri
dengan daerah-daerah Islam di Indonesia bagian timur, terutama Maluku. Adalah
dalam rangka penyebaran Islam itu pula Fadhillah Khan dari Pasai datang ke
Demak, untuk memperluas wilayah kekuasaan ke Sunda Kelapa.
Dalam bidang politik, agama pada mulanya
dipergunakan untuk memperkuat diri dalam menghadapi pihak-pihak atau
kerajaan-kerajaan yang bukan Islam, terutama yang mengancam kehidupan politik
maupun ekonomi. Persekutuan antara Demak dengan Cirebon dalam menaklukkan
Banten dan Sunda Kelapa dapat diambil sebagai contoh. Contoh lainnya adalah
persekutuan kerajaan-kerajaan Islam dalam menghadapi Portugis dan Kompeni
Belanda yang berusaha memonopoli pelayaran dan perdagangan.
Meskipun demikian, kalau kepentingan politik
dan ekonomi antarkerajaan-kerajaan Islam itu sendiri terancam, persamaan agama
tidak menjamin bahwa permusuhan tidak ada. Peperangan di kalangan
kerejaan-kerajaan Islam sendiri sering terjadi. Misalnya, antara Pajang dan
Demak, Ternate dan Tidore, Gowa-Tallo dan Bone. Oleh karena kepentingan yang
berbeda di antara kerajaan-kerajaan itu pula, sering satu kerajaan Islam
meminta bantuan kepada pihak lain, terutama Kompeni Belanda, untuk mengalahkan
kerajaan islam yang lain.
Hubungan antarkerajaan-kerajaan Islam
lebih banyak terletak dalam bidang budaya dan keagamaan. Samudera Pasai dan
kemudian Aceh yang dikenal dengan Serambi Mekah menjadi pusat pendidikan dan
pengajaran Islam. Dari sini ajaran-ajaran Islam tersebar ke seluruh pelosok
Nusantara melalui karya-karya ulama dan murid-muridnya yang menuntut ilmu ke
sana.
Demikian pula halnya dengan Giri di Jawa
Timur terhadap daerah-daerah di Indonesia bagian timur. Karya-karya sastera dan
keagamaan dengan segera berkembang di kerajaan-kerajaan Islam. Tema dan isi
karya-karya itu seringkali mirip antara satu dengan yang lain. Kerajaan Islam
itu telah merintis terwujudnya idiom kultural yang sama, yaitu Islam. Hal ini
menjadi pendorong terjadinya interaksi budaya yang makin erat. [9]
D. kesimpulan
Beberapa kerajaan Islam di Sumatera antara lain:
pertama, Kerajaan Perlak, berdiri abd ke-3 H/abad ke-7 M, didirikan oleh Sayid
Abdul Aziz Syah. kedua, Kerajaan Samudera Pasai, berdiri abad ke-13 didirikan
oleh Malek Al-Saleh. Ketiga, Kerajaan Aceh Darussalam, berdiri tahun 1524 M didirikan oleh
Mughayat Syah. Keempat, Kerajaan Siak berdiri tahun1723 M didirikan oleh Sultan
rahmat Abdul Jalil Syah. Kelima, Kerajaan Palembang, berdiri tahun 1659 M
didirikan oleh Sulta Abdurrahman Khalifatul Mukminin Syah.
Beberapa kerajaan di Jawa
yaitu Kerajaan Demak yang diprakarsai oleh Walisongo dan raja pertamanya adalah
Raden Fatah (1478-1518 M). Kerajaan Pajang, raja pertamanya adalah Jaka Tingkir
atau Pangeran Adijaya. Kerajaan Mataram, didirikan oleh Panembahan Senopati.
Kerajaan Cirebon yang berada di Jawa Barat dan didirikan oleh Sunan Gunungjati.
Dan kerajaan Banten, didirikan oleh Sunan Gunungjati.
Kerajaan di Kalimantan, di
Maluku dan di Sulawesi. Di Kalimantan ada Kerajaan Banjar dan kerajaan Kutai.
Sementara di Sulawesi terdapat Kerajaan Gowa-Tallo(Kerajaan Kembar), Kerajaan
Wajo, Kerajaan Soppeng dan Kerajaan Bone.
Hubungan kerajaan Islam satu dengan kerajaan
Islam lainya pertama-tama memang terjalin kerena persamaan agama.
Hubungan itu pada mulanya mengambil bentuk kegiatan dakwah, kemudian berlanjut
setelah Kerajaan-kerajaan Islam berdiri. Dalam bidang politik, agama pada
mulanya dipergunakan untuk memperkuat diri dalam menghadapi pihak-pihak atau
Kerajaan-kerajaan yang bukan Islam, terutama yang mengancam kehidupan politik
maupun ekonomi. Hubungan antar Kerajaan-kerajaan Islam lebih banyak terletak
dalam bidang budaya dan keagamaan.
Daftar Pustaka
Amin,
Samsul Munir.2009 Sejarah
Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.
DE
GRAFF dan PIGEAUD,1986. Kerajaan Islam Pertama Jawa, Jakarta: PT. Pustaka
Gadjahnata
dan Sri Edi Swsono .1986. Masuk dan Berkembangnya Islam di Sumatera
Selatan. Jakarta: UI-Press.
Yatim, Badri. 2010.Sejarah Peradaban Islam 2. Jakarta: Rajagrapindo
Persada.
[1]Rasyid Rizani, S.HI., M.HI (Hakim pada Pengadilan Agama Bajawa – NTT). Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia Sebelum Masa
Penjajahan Belanda.http://konsultasi-hukum-online.com/2013/06/kerajaan-kerajaan-islam-di-indonesia-sebelum-masa-penjajahan-belanda/#. 12 November 2013. Pukul 19:30 WIB
[2]Dr. Badri
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.1993),
hlm.205.
[4]Ibid.
Badri Yatim. Hlm. 210-212.
[5] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.1993), hlm.205.
[6] DE GRAFF dan PIGEAUD, Kerajaan Islam Pertama Jawa, (Jakarta: PT.
Pustaka Utama Grafiti.1985), hlm.133
[7] Uka Tjandrasasmita, Sejarah …, op. cit., hlm. 25
[8] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.1993), hlm.205.
[9] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.1993), hlm.205.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pembaca yang baik meninggalkan jejak yang baik,
Jangan lupa di comment ya :)