Disusun oleh :
Muhammad Ruli
(134211027)
Siti Fatihatul Ulfa (134211028)
I.
PENDAHULUAN
Bagi umat Islam puasa
familiar setiap bulan Ramadhan pada
hitungan kalender hijriah. Disamping itu terdapat juga puasa di luar
Ramadhan. Yakni puasa-puasa sunat, namun puasa bukanlah milik umat Islam semata.
Dalam agama lain pun ada praktik puasa. Agama Hindu, sebagai amsal, penganutnya
kerap melakukan puasa sebagai agenda rutin mempersiapkan diri memasuki upacara-upacara ritual keagaaman, demikian pula dalam agama
Budha yang menganjurkan puasa pada hari-hari biasa dengan makan hanya sekali
sehari-semalam.
Para pakar dan filsufpun punya nilai
tersendiri dalam memandang puasa. Umumnya mereka menyebutnya bahwa puasa
memiliki nilai positif yang sangat besar, soal pembersihan diri, belajar
menjadi orang miskin hingga pada tataran nilai ibadah terhadap Tuhan, puasa
juga memilki nilai pendewasaan secara spiritual.
Betapa dalam pelaksanaan puasa, manusia dididik menjadi lebih dewasa, meskipun
yang melakukan puasa tersebut adalah kanak-kanak. Diantara pendidikan
pendewasaan dalam pelaksanaan puasa adanya sikap saling menghormati, baik
sesama orang yang berpuasa maupun antara orang berpuasa dengan yang tidak
puasa. Bahkan, perempuan yang sedang haid, yang tidak diwajibkan berpuasapun
tidak akan makan dihadapan orang berpuasa, meskipun yang berpuasa itu hanya
anak-anak. Disinilah mental orang berpuasa dididik menjadi saling menghormati
dan mendewasakan diri.
II.
RUMUSAN MASALAH
Adapun dalam makalah
ini kami akan merumuskan masalah, bagaimana puasa dalam perspektif membentuk pendewasaan
spiritual?
III.
PEMBAHASAN
Dari berbagai ibadah
dalam islam, puasa di bulan Ramadah merupakan ibadah wajib yang paling mendalam
bekasnya pada jiwa seorang muslim. Pengalaman selama sebulan dengan berbagai
kegiatan yang menyertainya seperti berbuka, tarawih dan makan sahur senantiasa
membentuk unsur kenangan yang mendalam akan masa kanak-kanak di hati seorang
mulim.
Maka ibadah puasa merupakan
bagian dari pembentuk jiwa keagamaan seseorang dan menjadi sarana pendidikannya
diwaktu kecil dan seumur hidup
Menurut para ahli puasa merupakan salah satu bentuk ibadah yang
paling mula-mula serta yang paling luas tersebar di kalangan umat manusia. Bentuk
puasa pada umumnya selalu berupa sikap menahan diri dari makanan dan minum
serta dari pemenuhan kebutuhan biologis, juga ada puasa penahanan diri dari
bekerja, berbicara, maka ibadah puasa memang berkaitan denga ide latihan atau
riyadhah, yaitu latihan keruhanian sehingga semakin berat semakin baik dan utama,
karena semakin kuat membekas pada jiwa dan raga orang yang melakukannya.
A.
Puasa
membentuk berfikir positif
Dalam perjalan sehari itu, pasti menemui
berbagai situasi dan masalah yang bisa dijawabnya dengan respon yang positif
dan kemaslahatan bersama, pekerjaan dilakukannya dengan dedikasi yang tinggi, tertib,
dan bersih. Usahanya dilakukan dengan ulet dan jujur, keberhasilan tidak
membuatnya lupa daratan, justru sebaliknya membuat semakin dekat dengan Allah.
Kegagalanpun tidak membuatnya putus asa dan frustasi berkepanjangan, tetapi
membuatnya lebih menyadari diri untuk memperbaiki dan menigkatkannya usahanya
dengan selalu memohon pertolongan-Nya.
Bagi seorang mukmin
yang selalu berpuasa dengan merasakan haus dan lapar walau harus sampai
maghrib, tidak ada alasan untuk bersikap masa bodoh dan egoisme, karena ia
telah merasakan derita yang dialami oleh fakir miskin dengan penderitaan mereka
yang berat. Dan puasa juga menjadi sumber penumbuhan kekuatan cita-cita, Kehendak
dan kemauan, puasa juga sebagian sumber yang memancarkan kekuatan beragama dan
penambah kekuatan sinar iman dan batin salin itu juga puasa menjadi sumber pokok
kekuatan dan kesehatan. Baik jasmaniah maupun rohaniah serta menambah lemah
lembut dan kehalusan budi pekerti dan akhlak yang luhur.[1]
B.
Puasa
mencegah penyakit hati
Karena puasa melatih seseorang untuk
mempunyai sifat sabar dan sifat-sifat baik lainnya yang diperoleh saat melakukan
puasa dengan sebenar-benarnya, bukan hanya dengan tujuan untuk mengguggurkan
kewajiban semata. [2]
C.
Puasa
membentuk kesucian dan tanggung jawab pribadi
Menuturkan tentang adanya firman ( dalam
bentuk Hadits Qudsi ) “Semua amal seorang
anak adam (manusia) adalah untuk dirinya kecuali puasa, sebab puasa itu adalah
untuk-Ku, dan Aku-lah yang akan memberi pahala, berkaitan dengan ini. Ibn al
Qayyim al Jauzi memberi penjelasan bahwa
puasa itu adalah untuk Tuhan seru sekalian alam, berbeda dari amal-amal yang
lain. Sebab seorang yang berpuasa tidak melakukan sesuatu apapun melainkan
meninggalkan syahwatnya, makanannya dan minumnya demi sembahnnya (Ma’budu, yakni
Tuhan penulis) orang itu meninggalkan segala kesenangan dan kenikmatan dirirnya
karena lebih mengutmakan cinta Allah dan ridha-Nya. Jadi salah satu hakikat
ibadah puasa ialah sifatnya yang pribadi atau personal ,dari segi kerahasiaan
itu merupakan sumber hikmahnya, yang kerahasiaan itu sendiri terkait erat
dengan makna keikhlasan dan ketulusan.
Jadi inti pendidikan Ilahi melalui ibadah puasa ialah penanaman dan
pengukuhan kesadaran yang sedalam-dalmnya akan Ke-Maha-Hadiran Allah, adalah
kesadaran ini yang melandasi ketaqwaan atau merupakan hakikat ketaqwaan itu, dan
mebimbing seseorang kearah tingkah laku yang terpuji, dengan begitu dapat diharapkan
akan tampil sebagai seorang yang berbudi pekerti luhur, berakhlak karimah
sebagaimana firman Allah Swt dalam surat al-Baqarah ayat 183:
$ygr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä |=ÏGä. ãNà6øn=tæ ãP$uÅ_Á9$# $yJx. |=ÏGä. n?tã úïÏ%©!$# `ÏB öNà6Î=ö7s% öNä3ª=yès9 tbqà)Gs? ÇÊÑÌÈ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa. (Q.S. 2:183)
D.
Puasa
dan tanggung jawab kemasyarakatan
Salah satu hikmah ibadah puasa adalah penanaman rasa solidaritas social,
karena ibadah puasa selalu disertai dengan anjuran untuk berbuat baik
sebanyak-banyaknya, terutama berbuat baik dalm bentuk tindakan menolong
meringankan beban kaum fakir miskin yaitu zakat, sedekah, infaq. Maka puasa
mempunyai nilai pendekatan kepada Allah bukanlah penderitaan lapar melalui
hidup penuh prihatin itu. [3]
IV.
KESIMPULAN
Didalam bulan Ramadhan, sering kita temui pesan-pesan Allah SWT. Yang
tersembunyi yang semuanya ditujukan untuk mendidik dan memberi pelajaran kepada
manusia. Baik itu berupa perintah maupun larangan. Agar manusia mau mencari
ilmu dan bertenggang rasa.
Didalam ibadah puasa juga, umat muslim diperintahkan untuk menahan lapar
dan haus sepanjang hari. Demi bertujuan untuk mendidik rasa tenggang rasa
terhadap orang-orang yang tidak berkemampuan, mereka yang tidak mampu membeli
makanan, bahkan minuman, karena tidak memiliki harta. Sebenarnya inti dari
ibadah tersebut terbilang cukup sederhana. Yang paling mudah ditangkap adalah,
anjuran atau pendidikan untuk saling berbagi satu sama lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Zuhayly, Wahbah. 1995. Puasa dan Itikaf.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rahmat, Jalaluddin.
2008. Petualangan Spiritualitas. Yokyakarta: Pustaka Pelajar.
Suyadi. 2007. Keampuhan
Puasa Dawud . Yokyakarta: Mitra Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pembaca yang baik meninggalkan jejak yang baik,
Jangan lupa di comment ya :)