Jumat, 06 Februari 2015

TAFSIR JAWAHIRUL QUR’AN WA DURORUHU



A.    Gambaran Kitab
Tafsir Jawahirul Qur’an wa Duroruhu
·         Pengarang Imam Ghozali
·         Cetakan ke-2 (1426/2005 M)
·         Percetakan Dar al Kotob al Ilmiyah Beirut Lebanon
·         Jumlah Halaman (175 H)
B.     Biografi
Nama asli Imam al-Ghazali ialah Muhammad bin Ahmad, Al-Imamul Jalil, Abu Hamid Ath Thusi Al-Ghazali. Lahir di Thusi daerah Khurasan wilayah Persia tahun 450 H (1058 M) pekerjaan ayah Imam Ghazali adalah memintal benang dan menjualnya di pasar-pasar. Ayahnya termasuk ahli tasawuf yang hebat, sebelum meninggal dunia, ia berwasiat kepada teman akrabnya yang bernama Ahmad bin Muhammad Ar Rozakani agar dia mau mengasuh al-Ghazali. Maka ayah Imam Ghazali menyerahkan hartanya kepada ar-Rozakani untuk biaya hidup dan belajar Imam Ghazali.
Ia wafat di Tusia, sebuah kota tempat kelahirannya pada tahun 505 H (1111 M) dalam usianya yang ke 55 tahun. Pada masa kecilnya ia mempelajari ilmu fiqih di negrinya sendiri pada Syekh Ahmad bin Muhammad Ar-Rozakani (teman ayahnya yang merupakan orang tua asuh al-Ghazali), kemudian ia belajar pada Imam Abi Nasar Al-Ismaili di negeri Naishabur dan belajar pada Imam Al-Haromain. Disinilah ia mulai menampakkan tanda-tanda ketajaman otaknya yang luar biasa dan dapat menguasai beberapa ilmu pengetahuan pokok pada masa itu seperti ilmu mantiq, falsafah dan fiqih Madzhab Syafi’i. Karena kecerdasannya itulah Imam Al-Haromain mengatakan bahwa al-Ghazali itu adalah “Lautan tak betrepi.”
Setelah Imam Al-Haromain wafat, Al-Ghazali meninggalkan Naishabur untuk menuju ke Mu’askar, ia pergi ke Mu’askar untuk melakukan kunjungan kepada perdana Mentri Nizam al Muluk dari pemerintahan Bani Saljuk. Sesampai disana, ia di sambut dengan penuh kehormatan sebagai seorang Ulama’ besar. Semuanya mengakui akan ketinggian ilmu yang dimiliki al-Ghazali. Menteri Nizam al Muluk akhirnya melantik al-Ghazali pada tahun 484 H/1091 M. Sebagai guru besar (profesor) pada perguruan tinggi Nizamiyah yang berada di kota Baghdad. Al-Ghazali kemudian mengajar di perguruan Tinggi tersebut selama 4 tahun. Ia mendapat perhatian yang serius dari para mahasiswa, baik yang datang dari dekat atau dari tempat yang jauh, sampai ia menjauhkan diri dari keramaian.
Al-Ghazali merupakan seorang yang berjiwa besar dalam memberikan pencerahan-pencerahan dalam Islam. Ia selalu hidup berpindah-pindah untuk mencari suasana baru, tetapi khususnya untuk mendalami pengetahuan. Dalam kehidupannya, ia sering menerima jabatan di pemerintahan, mengenai daerah yang pernah ia singgahi dan terobosan yang ia lakukan.
C.    Sejarah Penulisan
Karena pada waktu ilmu yang paling tingi adalah Tafsir, karena tafsir adalah ilmu yang mengungkap ilmu dalam al-Qur’an.
D.    Metode Penafsiran
Metode yang digunakan oleh Imam Ghozali dalam Kitabnya, agaknya penulis masih kesulitan untuk mencarinya dalam literatur-literatur bahasa Arab maupun Indonesia. Sehingga dengan penuh kerendahan dan memberanikan diri untuk membaca dan mengambil kesimpulan pada kitabnya langsung. Tanpa ada pendukung yang memperkuat pendapat kami. Nampaknya kitab Jawahirul Qur’an menurut pendapat kami menggunakan metode ijmali (global). Dimana beliau Imam Ghozali hanya menulis sebagian ayat-ayat al-Qur’an yang menurut beliau paling pokok. Tetapi tetap sesuai dengan susunan surah dalam mushaf.
E.     Corak
Sengaja penulis kutipan dari kitab Tafsir Wal Mufassirun karya Husein Adz-Dhahbi yang menjelaskan bahwa: Kitab Jawahirul Qur’an karangan Imam Al-Ghozali adalah sebuah kitab tafsir dalam kategori bercorak “ilmiah”.
F.     Komentar Ulama’
Menurut Dr. Abd al-Majid Abd al-Salam al-Muhtasib, Imam al-Ghazali merupakan salah seorang yang paling gigih menyebarluaskan ide tafsir ilmi di tengah-tengah perkembangan ilmu pengetahuan Islam. Beliau menguraikan secara panjang lebar argumentasinya ini dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin dan Jawahir al-Qur’an. Dengan mengutip pendapat mengatakan: “Siapa yang ingin mengetahui ilmu orang terdahulu dan kemudian renungkanlah al-Qur’an”. Menurutnya “Bagaimana mungkin kita memperolehnya dengan hanya tafsir zahirnya saja”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Penulis Jawahirul Qur’an (Al Ghazali, pen) karena banyak meneliti perkataan para filosof dan merujuk kepada mereka, sehingga banyak mencampur pendapatnya dengan perkataan mereka. Pun beliau menolak banyak hal yang bersesuaian dengan mereka. Beliau memastikan, bahwa perkataan filosof tidak memberikan ilmu dan keyakinan. Demikian juga halnya perkataan ahli kalam.

2 komentar:

  1. bismillah, sangat bermanfaat tulisannya, bagaimana bisa mendpatkan kitab asli jawahir ini?

    BalasHapus

Pembaca yang baik meninggalkan jejak yang baik,
Jangan lupa di comment ya :)