Jumat, 06 Februari 2015

TAFSIR ADHWAUL BAYAN



A.    Gambaran Kitab
Kitab Adhwaul Bayan pengarang adalah Syaikh Asy Syinqithiy, covernya berwarna hijau kekuning-kuningan, penerbit Darul Fikri dan terdapat sembilan jilid:
ü  Jilid 1=549 halaman, dimulai dengan surat Al-Fatihah di akhiri dengan surat Al-An’am
ü  Jilid 2=469 halaman, dimulai dengan surat Al-A’raf diakhiri dengan surat Al-Hijr
ü  Jilid 3=519 halaman, dimulai dengan surat Bani Israel di akhiri dengan surat Maryam
ü  Jilid 4=499 halaman, dimulai dengan surat thaha diakhiri dengan surat Al-Hajj
ü  Jilid 5=561 halaman, dimulai dengan surat al-Hajj di akhiri dengan surat An-Nur
ü  Jilid 6=397 halaman, dimulai dengan surat Al-Furqon diakhiri dengan surat Ghofir
ü  Jilid 7=557 halaman, dimulai dengan surat Fushilat diakhiri dengan surat Al Mujadallah
ü  Jilid 8=580 halaman, dimulai dengan surat Al-Hasyr diakhiri dengan surat Al Hasyru
ü  Jilid 9=468 halaman, dimulai dengan surat At Tin diakhiri dengan surat An-Nas.
B.     Biografi
Nama lengkap Syaikh Asy-Syinqithiy adalah Muhammad al Husain bin Muhammad bin Mukhtar Al Jilani Asy-Syinqithiy (wafat 1393). Syaikh Asy-Syinqithiy lahir di Tanbeh provinsi Kifa Syinqith pada tahun 1325 H (1907 M). Syinqith adalah Mauritania saat ini dan menjadi laqab para ulama Mauritania yang dikenal yakni sebuah Negara Islam di benua Afrika yang berbatasan dengan Sinegal, Mali, dan al-Jazair (Algeria). Beliau berasal dari sebuah keluarga pecinta ilmu dan terhitung kaya. Ayahnya meninggal ketika usianya masih belia. Beliau telah berhasil menghasilkan Al-Qur’an pada pamannya Abdullah ketika umurnya 10 tahun. Setelah itu, beliau belajar tentang Rasm Mushaf Utsmani dari pamannya juga yang bernama Muhammad bin Ahmad, belajar tajwid dengan bacaan Nafi’ dan tilawah. Beliau belajar dari istri pamannya pelajaran sastra Arab, baik nahwu, shorof, nasab dan silsilah Arab, sejarah. Sedangkan Fiqih Madzhab Maliki, beliau belajar ke putra pamannya. Dan semuanya dijalaninya hingga ia berumur 16 tahun.
Beliau bertutur: “Setelah saya hafal al-Qur’an, sudah bisa menulis al-Qur’an dengan Khat Utsmani, dan aku dapat unggul di atas teman-teman saya, maka ibu dan bibi-bibi saya menaruh perhatiannya kepada saya. Dengan tekad bulat mereka mengarahkan saya untuk belajar disiplin ilmu yang ada.
Ia terus mendalami berbagai keilmuan seperti balaghah, tafsir dan hadis ke beberapa ulama yang ada di wilayahnya saat itu. Pada sekitar tahun 1367 H/1947 M beliau melakukan perjalanan darat menuju Arab Saudi untuk melakukan ibadah haji dengan niat untuk dapat kembali lagi ke Negaranya. Akan tetapi, sesampainya di Arab Saudi ia memutuskan untuk menetap di sana. Diantara sebabna adalah pertemuannya dengan dua orang ulama di Arab Saudi, Abdullah az-Zahim dan Abdul Aziz bin Shalih yang memperkenalkannya pada Madzhab Hambali dan Manhaj Salaf. Beliau kemudian melakukan diskusi tentang berbagai persoalan fiqih da akidah yang semakin memantapkannya untuk menetap di Arab Saudi. Dan inilah awal mula beliau dikenal sebagai ulama yang menguasai berbagai bidang keilmuan: Fiqih, Tafsir, Hadis, Bahasa dan sebagainya yang memberinya kesempatan untuk dipercaya sebagai salah seorang pengajar tafsir di Masjid Nabawi.
Aktifitas ilmiah Muhammad al-Amin asy-Syinqithi sudah dimulai sejak ia berada di negaranya. Beliau adalah salah seorang anggota Lajnah ad-Dima’ di Syinqith, sebuah lembaga yang memberikan keputusan akhir untuk dilaksanakan atau tidaknya eksekusi hukuman mati atau qishash. Ketika beliau melakukan perjalanan darat haji, beliau singgah di berbagai wilayah untuk memberika ceramah dan pengajaran. Ada sekitar 16 daerah mulai dari Mauritania hingga Sudan yang beliau singgahi untuk memberikan pengajaran.
Saat menjadi pengajar tafsir al-Qur’an di masjid Nabawi, asy-Syinqithi menyelesaikan penafsiran seluruh al-Qur’an sebanyak dua kali dan meninggal dunia sebelum menyelesaikan yang ketiga kalinya. Aktifitas ini pada awalnya dijalaninya setiap hari selama satu tahun. Akan tetapi, ketika beliau mulai menjadi pengajar di Fakultas Syari’ah dan Bahasa di Riyadh, beliau hanya menjalani pengajaran tafsir al-Qur’an di masjid Nabawi pada liburan musim panas. Ini dijalaninya mulai tahun 1371 H/1951 M dan berlanjut hingga tahun 1381 H/1961 M saat ia menjadi pengajar di Universitas Islam (al-Jami’ah al-Islamiyyah) di Madinah. Dan sejak tahun 1385 H/1965 M beliau hanya mengajarkan tafsir al-Qur’an di Masjid Nabawi di bulan Ramadhan. Selain itu, beliau juga mengajar tafsir al-Qur’an di Dar al-Ulum di Madinah pada tahun 1369-1370 H/1949-1950 M.
Beliau Syaikh Asy-Syinqithiy meninggal dunia di kota Madinah an-Nabawiyyah, pada tanggal 17 Dzul Hijjah, tahun 1393 H (1973 M).

C.    Sejarah Penulisan
Kitab Tafsir Adhwaul Bayan di karang oleh Syaikh Asy Syinqithiy, yang mana beliau ingin menjelaskan Al-Qur’an dengan Al-Qur’annya itu sendiri. Beliau mengetahui bahwa mayoritas masyarakat yang mengaku sebagai kaum muslimin berpaling dari kitabullah, mengindahkan janji Allah dan tidak takut akan ancaman-Nya, mak beliau mengetahui bahwa hal tersebut merupakan faktor yang dapat mendorong seorang yang telah Allah berikan kepadanya ilmu akan kitab-Nya, menjelaskan makna-maknanya, menampakkan keindahan-keindahanna, menerangkan kesulitan yang ada padanya, menjelaskan hukum-hukumnya, serta mengajak manusia untuk mengamalkannya.
D.    Metode Penafsiran
Metode kitab Adhwaul Byan menggunakan metode komparasi (Muqoron). Yang berarti membandingkan ayat satu dengan ayat lainnya.
E.     Corak
Kitab Tafsir ini menggunakan corak hukmi, sebab di dalam kitab beliau Syaikh Asy Syinqithiy menjelaskan masalah-masalah hukum yang ada di Al-Qur’an.
F.     Sistematika
Sistematika Kitab ini adalah mushafi, yaitu sistem penafsiran menurut urutan surat di dalam al-Qur’an. Beliau memulainya dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas.
G.    Kelebihan, Kekurangandan Komentar Ulama’
Kelebihan kitab Tafsir Adhwaul Bayan adalah menjelaskan al-Qur’an dengan al-Qur’annya sendiri. Disamping beliau tidak fanatik dalam suatu madzhab olehnya menafsirkan kitab tafsirnya tersebut, padahal beliau bermadzhab Maliki. Kemudian dilengkapi penjelasan tambahan seperti contohnya pembahasan tentang beberapa masalah kebahasaan (Lughah) dan hal-hal yang diperlukannya.
            Kekurangan dari kitab tafsir ini adalah beliau dalam mengarang kitab tafsirnya ini juga mengambil pendapat para Ulama’, beliau tidak memberi nama Ulama’ siapa yang diambil pendapatnya.

4 komentar:

  1. salam ka. blognya bagus. kalo untuk referensinya dibuku apa-apa aja ya ka? kebetulan saya dapat tugas tentang ini.

    BalasHapus

Pembaca yang baik meninggalkan jejak yang baik,
Jangan lupa di comment ya :)