Jumat, 06 Februari 2015

TAFSIR FI DHILAL AL-QUR’AN



A.    Gambaran Kitab
Kitab Tafsir Fi Dhilal Qur’an merupakan salah satu kitab tafsir yang dikarang oleh Sayyid Quthb. Kitab ini covernya berwarna hitam dan pada pinggirnya terdapat hiasan batik berwarna merah hati. Kitab ini terbit di Kairo, Mesir yang diterbitkan oleh Darusy Sruruq pada tahun 1412 H atau 1992 M dan terdiri dari enam jilid yaitu:
1.      Juz 1-4: halaman 1-611
2.      Juz 5-7: halaman 615-1172
3.      Juz 8-11: halaman 1179-1826
4.      Juz 12-18: halaman 1839-2537
5.      Juz 19-25: halaman 2543-3234
6.      Juz 26-30: halaman 351-4012
B.     Biografi
NamalengkapSayyid QutbhadalahSayyidQuthb bin Ibrahim Husain. Beliaulahir di Muasyah, propinsiAsyuth, di daratantinggiMesir, padatanggal 9 Oktober 1906.Pendidikanawalbeliauadalah Madrasah Ibtidaiyah di desanyapadatahun 1912 danlulustahun 1918. Revolusitahun 1919 di negerinyamembuatSayyidQuthbberhentidarisekolahselamaduatahun.Terakhirsebagaianakkeduadariempatbersaudara.SebagaimantradisikaumMuslimin, sejakkecilSayyidQuthbdididiksecaraketatolehkedua orang tuanya.Hasilnyacukupbisadibanggakan.Belumgenapusiasepuluhtahun, beliautelah hafal al-Qur’an. Kemampuannyatersebutsesuaidenganharapanibunya.
Pendidikanbeliauberlanjutditahun 1920, di Kairo, denganmasukke Madrasah Mu’allimin al-Alawiyyahtahun 1922, kemudianmelanjutkankesekolahPersiapanDarulUlum, 1925.Setelahitu, beliaumelanjutkankeUniversitasDarulUlum1929 dan lulus tahun 1933 dengangelarLicensedi bidangsastra. Buku Islam pertama yang ditulisbeliauadalahAt-Tasawwur al-FanniFil Qur’andanmulaimenjauhkandiridarisekolahsastra Al-Aqqad.DepartemenPendidikan, tempatbeliaubekerjamengutusnyauntukmengunjungiAmerika, untukmengkajikurikulumdansistempendidikanAmerika. Belaiu di Amerikahanyaduatahun, lalukembalikeMesirtanggal 20 Agustus 1950, kemudiandiangkatmenjadiAsistenPengawasRisetKesenian di kantorMenteriPendidikan. Tanggal 18 Oktober 1952, iamengajukanpermohonanpengundurandiri.
Ratusanmakalah di berbagaisuratkabardanmajalahMesirmemuattulisan-tulisanbeliau. Beliausendirimenerbitkanmajalah Al-‘Alam al-‘Arabidan Al-FikrulJadid, selainmemimpinsuratkabarpekanan Al-IkhwanulMuslimintahun 1953. Dalammakalah-makalanya, belaiuselalumemerangibentuk-bentukkerusakandanpenyimpangan di kehidupansosial, politikdanekonomiMesir.Pihak-pihak yang bertanggungjawabterhadapkerusakanini, yaknipmerintahadalahsasarankritikan-kritikanbeliau.Selainitu, beliauselalumenjadikan Islam sebagaisolusiatassegalakerusakan yang terjadi.SayyidQuthbmenetukanjalanhidupnyauntukmenjadimujahiddakwahpadatahun 1947.Beliaumulaimenyerukankebangkitan Islam danmenyerukandimulainyakehidupanberdasarkan Islam.SayyidQuthbmenyerukankepadaumat agar kembaliaqidahsalafushshalih.Pemikiranbeliausendiriadalahpemikiransalafi jihadi, yang bersihdarinoda.Pemikirannyaterfokuspadatematauhid yang murni, penjelasanmaknahakikiLa Ilaahaillallah,penjelasansifathakikiimansepertidisebutkan al-Qur’an dan as-Sunnah,dankewajiban jihad.
KunjunganSayyidQuthbkeAmerikauntukbelajarmetodependidikan Barat (Western Methodhs of Education).Iabelajar di Wilson Teachers College. Iameraihgelar MA di universitasitudanjuga di Standford University. Setelahtamatkuliah, beliaujugasempatberkunjungkeInggris, Swiss, dan Italia. Di Amerikabeliautinggal di kotakecil Greeley, Colorado. Beliaupernahmenulistentangkenanganbeliauterhadap Colorado.Namun, akhirnyaSayyidQuthblebihbanyakmelihatsisihitamdariAmerikadanmenolakhabisfahammaterialisme Barat.Bahkanpengalamanhidupnyalebihdariduatahun di Amerikamenjadititikbalik yang pentingdalamhidupnya.BeliautidakmenjadipengagumAmerikabahkanmenjadipengkritikAmerika (Barat) denganseluruhsisinilaikehidupannya.
Pada tahun 1951 M, Sayyid Quthb masuk Jama’ah Ikhwanul Muslimin dan ia menjadi salah satu seorang tokohnya yang berpengaruh di samping Hasan al Hudaibi dan Abdul Qadir Audah. Juli 1954, ia menjadi pimpinan redaksi harian Ikhwanul Muslimin. Akan tetapi baru dua bulan usianya, harian itu ditutup atas perintah Presiden Mesir Kolonel Gama Abdul Nasser karena mengecam perjanjian Mesir-Inggris pada 7 Juli 1954. Sekitar  Mei 1955, Sayyid Qutbh termasuk salah seorang pemimpin Ikhwanul Muslimin yang ditahan setelah organisasi itu dilarang oleh Presiden Nasser dengan tuduhan berkomplot untuk menjatuhkan pemerintah. Pada 13 Juli 1955, Pengadilan Rakyat menjatuhkan hukuman lima belas tahun kerja berat. Beliau ditahan di beberapa penjara Mesir hingga pertengahan tahun 1964. Beliau dibebeaskan pada tahun itu atas permintaan Presiden Irak Abdul Salam Arif yang mengadakan kunjungan muhibbah ke Mesir.
Setelahbebas, SayyidQuthbtelahmenyiapkanrancanganbuku al-Ma’alimdanmulaimengeditnya.Setelahbeliaumenyerahkankepadapenerbit, makaterbitlahbukutersebut.Cetakanpertama yang diterbitkanolehWahbahlangsungterjualhabisdalamwaktu yang singkat.InimembuatintelejenMesirsangatterkejutdanmembuat orang-orang komunisgerah.Merekamencermatibuku al-Ma’alim kata demi kata, merekasangatyakinbahwabukutersebutakanmembinasakanIkhwanulMuslimin. Pemerintahpertama-tama berusahamembungkamparada’i yang berdakwahsecaraterang-terangandenganpenculikan-penculikan.Padatahun 1965 penangkapan, pengejaran, danpemberangusandimulai.SayyidQuthbditangkapkembalipadatanggal 26 April 1965 M.
Introgasidanpenyiksaanberlangsungterus-menerusselamasetahunpenuh, daribulanAgustustahun 1965 sampaibulanAgustustahun 1966.Di awalmasaintrogasidanmasapersidangan di pengadilanbeliaumenjadiraksasa.Denganberanidantanpatakutbelaiuseringmengejekparapolisipengkhianat yang menjadi hakim danmenghukumpermasalahandarahdankehormatan.Hinggameledakklahkemarahanparaalgojo yang menghadapiSayyidQuthbtersebut.Dalampersidangan kali ini, dikeluarkanlahvonismatiterhadapSayyidQuthb.Vonismatijugadijatuhkankepadamuridbeliau Muhammad Yusuf HawasyidanSyekh Abdul Fatah Ismail.SayyidQuthbberkataketikadivonismatidikeluarkan, “Segalapujibagi Allah, akutelahberjihadselama lima belastahunsampaiakubisameraihkesahidanini.”Padaharisenintanggal 29 Aguatus 1966, sebelumterbitfajar, SayyidQuthbmenghadapIlahi Rabbi setelahmemainkanperannya, dieksekusi di tianggantunganrezim Abdul Nashir. Konsekuensiiniditerimanyakarenaketeguhantauhiddankeberanianbeliaudalammenyampaikanal-haq.SayyidQuthbpernahberkata, “Jaritelunjuk yang setiapharimemberi kesaksiantauhidkepada Allah saatshalatmenolakmenulissatu kata pengakuanuntukpenguasatiran. Jikasayadipenjarakarenakebenaran, sayareladenganhukumkebenaran.Jikasayadipenjaradengankebatilan, pantangbagisayamintabelaskasihankebatilan.”

C.    Sejarah Penulisan
Pada awalnya penulisan Tafsir Fi Dhilal al-Qur’an dituangkan di rublik majalah al-Muslimun edisi ke-3, Yang terbit pada Februari 1952. Sayyid Qutb mulai menulis tafsir secara serial di majalah  itu, dimulai dari surah al-fatihah dan di teruskan dengan surah al-Baqarah dalam episode-episode berikutnya, hal itu dilakukan atas permintaan Sa’id Ramad, pemimpin redaksi majalah tersebut, Sayyid Qutb menjadi penulis sekaligus direktur dalam rubrik ini, bagi Sayyid Qutb sendiri rubrik ini merupakan suatu wadah penampung dari gejolak ide dan dakwahnya untuk hidup di bawah naungan al-Qur’an. Namun kemudian penulisan rubrik ini dihentikan dengan alasan ia ingin menggantinya dengan rubrik lain, disertai dengan janji untuk menulis tafsir  secara khusus yang akan diterbitkan pada setiap juznya.
Menurut Manna’ al-Qathann Tafsir fi Zilal al-Qur’an merupakan karya tafsir yang sangat sempurna dalam menjelaskan kehidupan di bawah bimbingan al-Qur’an. tafsir ini memiliki kedudukan tinggi di kalangan intelektual Islam lantaran kekayaan kandungan pemikiran dan gagasannya, terutama menyangkut masalah sosial kemasyarakatan, oleh karena itu Tafsir fi Zilal al-Qur’an mutlak diperlukan oleh kaum muslim kontemporer.
Sesuai dengan judul karya tafsirnya (fi Zilal al-Qur’an) Sayyid Qutb dalam muqaddimah tafsirnya mengatakan bahwa hidup dalam nauangan al-Qur’an adalah suatu kenikmatan, Sebuah kenikmatan yang tidak diketahui kecuali oleh orang yang telah merasakannya, suatu kenikmatan yang mengangkat umur (hidup), memberkatinya dan menyucikannya. Beliau sendiri merasa telah mengalami kenikmatan hidup di bawah naungan al-Qur’an itu yaitu sesuatu yang belum dirasakan sebelummya. semua ini merupakan cermin pemikiran serta perasaannya akan al-Qur’an ketika beliau merasakan hidup dibawah naungannya, dan mampu memberikan pesan pada umat manusia bahwa kenikmatan hidup itu dapat diperoleh dengan berpegang teguh pada al-Qur’an.
Tafsir fi Zilal al-Qur’an ini bernuansa sastra yang kental selain dari konsep-konsep dan motivasi pererakan, selain itu berusaha membumikan al-Qur’an melalui analog-analogi yang terjadi di masyarakat saat itu. Perjuangan dan pembebasan dari segala tirani merupakan sesuatu yang sudah seharusnya dilakukan umat Islam. Jadi ada satu pendekatan dilakukan Sayyid Qutb dalam Tafsirnya yakni bagaimana sastra yang merupakan unsur mukjizat al-Qur’an mampu mempengaruhi kaum Muslimin dan memotivasinya untuk bangkit dan berjuang.

D.    Metode Penafsiran
Sayyid Quthb memilki suatu metode yang unik dalam tafsir yang belum pernah ditempuh oleh seorang mufassir yang ada, baik dari kalangan terdahulu maupun sekarang. Sayyidtidakpernahmenyibukkandiridenganmenelaahkitab-kitabtafsirterdahulu yang berisiberbagaiperbedaanpendapatdanaduargumentsidalamberbgaimacamtemakeislaman.Sayyidtidakmengambilinformasi-informasipemikirandarinya, tidakmaumasukkealam al-Qur’an berdasarkanketentuan-ketentuanpemikiransebelumnya, seperti yang dilakukanolehselainnya.
Sesungguhnya metode beliau merupakan buah semangat dari semangatnya untuk memasuki alam al-Qur’an tanpa berbagai ketentuan pemikiran sebelumnya, dan juga dari keyakinannya mengenai kekayaan al-Qur’an serta banyaknya makna inspirasinya. Metode beliau berdiri di atas dua tahap.
Tahappertama, beliauhanyamengambildari al-Qur’an saja, samasekalitidakadaperanbagirujukan, referensi, dansumber-sumber lain. Iniadalahtahapdasar, utamadanlangsung.
Tahap kedua, sifatnya sekunder serta penyempurnaan bagi tahap pertama, yang digunakan oleh Sayyid untuk melengkapi kekurangan yang ada pada taap pertama, atau meluruskan kekeliruannya. Tahapaninibersandarkepadasumberdanreferensisecaramendasar.Sebabiaberdiri di atasperhatianterahadapkitab-kitabtafsiruntukmengetahuibuktidenganhaditsatauriwayat yang shahihtentangpenafsiranayat.
Ketika kita berbicara megenai sumber-sumber Zhilal, kita juga harus menyertakan kondisi khusus yang dialami oleh Sayyid Quthb ketika menulis Zhilal. Beliau menulisnya di penjara, sedangkan menulis dipenjara harus tunduk kepada syarat-syarat khusus yang diwajibkan oleh administrasi penjara yang berkaitan dengan masuknya buku-buku ke dalam penjara. Suasana penjara juga mempunyai pengaruh terhadap penulisan Zhilal. Maka semangat Sayyid di dalam penjara untuk membekali diri dengan referensi-referensi ayng menjadi sandaran merupakan bukti bahwa Sayyid memenuhi syarat metodologi dalam melakukan studi dan menulis.

E.     Corak
Penafsiran Sayyid Quthub memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki tafsir-tafsir lain, menggunakan gaya prosa lirik dalam penyampaian, karena itu tafsir ini menjadi enak dibaca dan  mudah  dipahami. Kitab tafsir ini mengandung unsur corak adaby ijtima’i yakni sastra dan social kemasyarakatan.
Sifat  lain dari tafsir ini adalah pemaparan yang bersemangat sehingga mudah dicurigai sebagai tafsir  provokatif, bahkan tidak jarang orang menamai tafsirnya dengan corak tafsir haraki, tafsir ini masuk dalam kategori penafsiran dengan corak baru yang khas dan unik serta langkah baru yang jauh dalam tafsir serta memuat banyak sekali tema penting dengan menambahkan hal-hal mendasar yang esensial. Karenanya Tafsir ini dapat dikategorikan sebagai aliran (faham) khusus dalam Tafsir yang disebut “aliran Tafsir pergerakan”.

F.     Sistematika
Sayyid Qutb dalam sistematika penulisan Tafsirnya terlebih dahulu mengabstraksikan sekumpulan ayat yang akan di tafsirkan kemudian menerangkan ayat-ayat tersebut dan memberinya sub-sub judul. Pengelompokan ayat-ayat dalam suatu penafsiran ini dikarenakan masih terdapat munasabah antara ayat sebelum atau sesudahnya, Sayyid Qutb  memberikan suatu prolog yang menjelaskan tema surat dan jawaban persoalan-persoalajnnya juga tujuannya setelah itu menjabarkan kata perkata dan menomorduakan israiliyat.
Adapun tujuan penulisan tafsir ini dimaksudkan untuk:
1.      Menghilangkan jurang pemisah antara kaum muslimin sekarang ini dengan al-Qur’an.
2.      Mengenalkan kepada kaum muslimin sekarang ini pada fungsi amaliyah harakiyah al-Qur’an.
3.      Membekali orang Islam sekarang ini dengan petunjuk amaliah tertulis menuju ciri-ciri Islami yang Qur’ani.
4.      Mendidik orang muslim dengan pendidikan Qur’ani yang integral; membangun kepribadian yang Islam yang efektif , menjelaskan karakteristik dan ciri-cirinya, factor-faktor pembentukan dan kehidupannya.
5.      Menjelaskan ciri-ciri masyarakat Islami yang di bentuk oleh al-Qur’an, mengenalkan asas-asas yang menjadi pijakan masyarakat Islami, menggariskan jalan yang bersifat gerakan dan jihad untuk membangunnya.
G.    Kelebihan dan Kekurangan
Beberapa kelebihan kitab ini adalah:
1.      Sayyid Quthb dalam menafsirkan ayat-ayat dalam suatu surat memberikan gambaran ringkas tentang kandungan surat yang akan di kaji.
2.      Pengelompokan ayat-ayat sesuai dengan pesan yang terkandung pada ayat tersebut
3.      Memperhatikan munasabah antar ayat
4.      Bercorak sastra dan mudah dipahami.
5.      Menggunakan hadith-hadith s}ahih
6.      Berusaha menghindari kisah-kisah Isra’iliyat.
7.      Merefleksikan keinginan besar untuk kemajuan ummat.
8.      Orsinilitas ide dan pemikiran penulis.
9.      Dianggap telah menggagas sebuah pemikiran dan corak baru dalam nuansa penafsiran Alquran.
Sedangkan beberapa kekurangan adalah:
1.      Keterbatasan referensi Sayyid Qutb kerena beliau menyusun ini kitab ini dipenjara sehingga banyak banyak memunculkan pendapat-pendapat pribadi yang sangat kental dengan nuansa pada saat itu.
2.      Penjelasannya yang terkadang berbau radikal sehingga dicurigai sebagai kitab tafsir provokatif.

H.    Komentar Ulama’
·         Imam Abdul ‘Aziz bin Baz
Sayyid Qutbh (semoga Allah mengampuninya) berkata di dalam Fi Zhilalil Qur’an menafsirkan firman Allah:
العرشاستوىعلىالرحمن
“Ar-Rahman (Allah yang Maha Pemurah) yang beristiwa` di atas Arsy.” (Thoha : 5)
Beliau berkata: “Adapun istiwa’ di atas Arsy dapat kita katakan bahwasahnya istiwa’ ini merupakan kinayah (kiasan) dari al-Haimanah (penguasaan) atas makhluk ciptaan-Nya ini. Samahatusy Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullahu berkata, “Ini semua adalah ucapan yang fasid (rusak), ia mengatakan bahwa istiwa’ ini maknanya adalah penguasan, dan ia tidak menetapkan istiwa’. Ini artina ia mengingkari istiwa’ yang telah ma’ruf (diketahui maknanya), yaitu al-Uluw (ketinggian) diatas Arsy. Pendapatnya ini bathil, menunjukkan bahwa dirinya adalah miskin (lemah) dan dhoyi (kosong ilmu) terhadap tafsir.

·         Syekh Nashiruddin al-Albani
Berkata al-‘Allamah al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullahu mengomentari penutup buku al-‘Awashim mimma fi Sayyid Quthb minal Qawashim : “Semua apa yang anda bantah dari Sayyid Quthb adalah haq dan benar. Darinya akan menjadi jelas bagi setiap pembaca sebagai suatu tsaqofah (wawasan) islamiyyah bahwasanya Sayyid Quthb tidaklah mengetahui Islam baik ushul maupun furu’nya. Semoga Allah mengganjar anda dengan ganjaran yang baik wahai saudara Rabi’ atas upaya anda di dalam menunaikan kewajiban menjelaskan dan menyingkap kejahilan dan penyimpangan Sayyiq Quthb terhadap Islam.”
·         Syekh Muhammad Sholih bin al-‘Utsaimin
Fadhilatusy Syaikh al-‘Allamah Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullahuditanyatentangpenuliskitab Fi ZhilalilQur ’an danmanhajnya di dalamtafsir.
Beliaumenjawab: “Bahwasanyatelahbanyakperbincanganterhadap orang ini da bukunya. Buku-bukutafsirlainnyasemisaltafsirIbnuKatsir, TafsirIbnuSa’di, Tafsir al-Qurthubi –selaindaritasahul (sikapterlalumudahnya) beliau di dalam (menilai) hadits- danTafsir (Abu Bakar) al-Jaza`irilebih kaya danlebihmencukupiseribu kali daripadabukuini (Fi Zhilalil Qur’an).Sebagianulamasemisal ad-Duwaisydan al-Albanitelahmenyebutkanbeberapakoreksiatasbukuini, dankoreksianinitelahdicetakdandibukukan.Akubelummenelaahbukuinisecarasempurna, hanyasaja yang telahakubacaadalahtafsirnyatentangsurat al-Ikhlash, daniatelahberkatadenganperkataan yang dahsyat yang di dalamnyamenyelisihi (aqidah) ahlussunnahwaljama’ah, dimanatafsirannyaterhadapayatitumenunjukkanbahwadirinyaberkatadenganwahdatulwujud. Demikian pula dengantafsirannyaterhadapistiwa` yang dimaknaidenganal-Haimanah (pemeliharaan) danas-Saithoroh (penguasaan).Perludiketahui, bahwasanyabukuinibukanlahbukutafsir.PenulisnyasendirisajamenyebutnyasebagaiZhilalul Qur`an.


3 komentar:

  1. maaf kak, ada email yang bisa dihubungi?

    BalasHapus

  2. Apakah kamu sudah tau prediksi togel mbah jambrong yang jitu? bila belum baca Prediksi jitu mbah jambrong

    BalasHapus
  3. tulisan ini bersumber dari mana ka?

    BalasHapus

Pembaca yang baik meninggalkan jejak yang baik,
Jangan lupa di comment ya :)