Jumat, 06 Februari 2015

TAFSIR AL-TAHRIR WA AL TANWIR



A.     Gambaran Kitab
Cover kitab ini berwarna hitam dan mempunyai hiasan-hiasan yang berwarna kuning keemasan, pengarang kitab ini adalah Muhammad Thahir bin Muhammad Attahir Ibnu ‘Asyur, kitab ini berkolasi 25 cm dan diterbitkan oleh Dr. Sahnun Linnasyri Watauzi’ Tunisia, yang tebal kitab ini terdiri dari 30 juz ada juga yang 14 jilid dan kami menemukan diperpustakaan Ushuluddin ada 12 jilid.
Yang membahas secara keseluruhan ayat al-Qur’an (30 juz), dalam satu jilid mengkaji satu juz al-Qur’an, sementara yang lainnya membahas 2-3 juz. Tebal 15.000 halaman (sekitar 400 hal. Per bab). Kitab ini diterbitkan pada masa modern jika terdapat suatu masalah hukum maka beliau menggunakan pendapat 4 imam madzhab.
B.     Biografi
Nama lengkap IbnuAsyur adalah Muhammad Thahir bin Muhammad bin Muhammad Thahir 1 bin Muhammad bin Muhammad Syazili bin Abd al-Qadir bin Muhammad Bin Asyur. Lahir dari sebuah keluarga terhormat yang berasal dari Andalusia pada tahun 1296 H atau 1879 M. Dan wafat pada tahun 1393 H, atau 1973 M. Tempat lahir dan wafatnya yaitu di Tunisia, Keluarga Asyur terkenal sebagai keluarga religius sekaligus pemikir. Sejak kecil belajar ilmu al-qur’an, tahfidz, tajwid, dan kiroaat juga mempelajari ilmu bahasa arab. Ibunya bernama Fatimah, anak perempuan dari Perdana Menteri Muhammad Al- Aziz Attar. Muhammad Ibn Asyur dibesarkan dalam lingkungan kondusif bagi seorang yang cinta ilmu. Ia belajar al-Qur’an, menghafal, ilmu tajwid, maupun qiraatnya di sekitar tempat tinggalnya di andalusia. Setelah hafal al-Qur’an, ia belajar di Masjid Zaitunah sampai ia ahli dalam berbagai disiplin ilmu, IbnuAsyur menjadi salah satu ulama besar di Tunisia.
Karirnya sebagai pengajar bermula pada tahun 1930 menjadi mudarris (pengajar) tingkat kedua bagi mazhab Maliki di Mesjid Zaitunah. Menjadi mudarris tingkat pertama pada tahun 1905. Pada tahun 1905 sampai 1913 ia mengajar di Perguruan Shadiqi. Ia juga seorang mufassir, ahli bahasa, ahli nahwu dan ahli sastra. Ia terpilih menjadi anggota Majma’ al-Lugah al-Arabiyyah di Mesir pada tahun 1950 dan anggota majma’ al-Ilmi al-Arabi di Damaskus pada tahun 1955.
Di antara karya-karyanya adalah:
1.      Tahrir Al Ma’na Al Sadid Wa Tanwir Al Aqli Al Jadid Min Tafsir Al Kitab Al Jadid
2.      Uslul An-Nizham Al-Ijtima I Fi Al-Islam
3.      Maqashid Asy-Syari’ah Al-Islamiyah
4.      Hasyiyah Ala Al-Qathr
5.      Alaisa Ash-Shubh Bi Qarib
6.      Hasyiyah Ala Al-Qathr
7.      Uslul Al-Insya’i Wa Al-Khithabah
8.      Mujiz Al-Balagah
9.      Dan masih banyak lagi
C.      Sejarah Penulisan
Beliau memulai tafsirnya dengan sekelumit materi tentang hal-hal yang berhubungan dengan pengetahuan dasar memahami seluk beluk gaya bahasa Al-Qur’an secara singkat. Memaparkan muqaddimahnya sampai kepada sepuluh bagian pembukaan, mulai dari penjelasan tafsir dan ta’wil, penjelasan fenomena tafsir bil ma’tsur dan bir ra’yi, asbâbun nuzûl, sampai kepada i’jazuI Qur’an. Itupun sampai menghabiskan seratus halaman pertama untuk penjelasan sesingkat ini. Mirip dengan uraian singkat Ulumul Quran yang sudah mencapai tingkat yang cukup rumit.
            Mendeskripsikan cakupan bahasan dalam tafsir ini, beliau mengungkapkan dalam pendahuluan tafsirnya, “Saya benar-benar berusaha menampilkan dalam tafsir Al-Quran hal-hal langka yang belum digarap oleh ulama tafsir sebelumnya. Menempatkan diri sebagai penengah perbedaan pendapat ulama yang pada satu waktu sepaham dengan salah satunya dan pada waktu lain berseberangan pendapat dengan alasan tersendiri. Dalam tafsir ini, saya berusaha mengungkap setiap i’jazul Quran, nilai-nilai balaghah yang terkandung dalam sebuah kalimat Al-Quran serta menjelaskan uslub-uslub penggunaannya”.
D.    Metode Penafsiran
Mengkaji tafsir buah karangan Ibnu Asyur tentu kita lihat dari berbagai aspek mulai dari segi materi, kitab ini terdiri dari tiga puluh juz dan terbagi kepada dua belas jilid. Masih diterbitkan oleh penerbit tunggal yang cukup terkenal. Sebuah tafsir kontemporer yang memiliki ciri khas tersendiri dalam paparannya menafsirkan ayat-ayat Al-Quran. Memiliki tampilan unik dan berbeda dengan kitab lain secara menyeluruh. Memiliki metode penyusunan yang konferhensif, yang tidak menghususkan satu jilid untuk satu juz saja melainkan secara acak. Kadang memuat dua juz bahkan sampai lima juz perjilidnya. Beliau memulai tafsirnya dengan sekelumit materi tentang hal-hal yang berhubungan dengan pengetahuan dasar memahami seluk beluk gaya bahasa Al-Quran secara singkat. Memaparkan muqaddimahnya sampai kepada sepuluh bagian pembukaan, mulai dari penjelasan tafsir dan ta'wil, penjelasan fenomena tafsir bil ma'tsur dan bir-ra'yi, asbab an-nuzul, sampai kepada i'jazuI Qur’an.
Itupun sampai menghabiskan seratus halaman pertama untuk penjelasan sesingkat ini. Mendeskripsikan cakupan bahasan dalam tafsir ini, beliau mengungkapkan dalam pendahuluan tafsirnya, “Saya benar-benar berusaha menampilkan dalam tafsir Al-Quran hal-hal langka yang belum digarap oleh ulama tafsir sebelumnya. Menempatkan diri sebagai penengah perbedaan pendapat ulama yang pada satu waktu sepaham dengan salah satunya dan pada waktu lain berseberangan pendapat dengan alasan tersendiri. Dalam tafsir ini, saya berusaha mengungkap setiap i'jazul Quran, nilai-nilai linguistik arab (balaghah) , gaya bahasa (badi’), yang terkandung dalam sebuah kalimat Al-Quran serta menjelaskan uslub-uslub penggunaannya menjelaskan hubungan antara satu ayat dengan ayat lainnya, terutama antara satu ayat dengan ayat sebelum dan sesudahnya.
Al-Quran telah didesain dengan sangat luar biasa, memiliki susunan yang unik namun tetap memiliki ketersambungan antara satu ayat dengan ayat lain. Tidak melewatkan satu surat pun dalam Al-Quran kecuali berusaha menjelaskan secara lengkap setiap maksud yang terkandung di dalamnya secara utuh. Tidak sebatas menjelaskan makna setiap kata dan kalimatnya saja secara parsial, melainkan merangkai kembali makna tiap kata dan kalimat yang telah diurai terpisah menjadi satu tujuan atau maksud yang diusung oleh setiap ayat maupun surah Al-Quran. Dalam metode pemaparan tafsir ini, tidak terlewatkan penjelasan secara gamblang tinjauan bahasa setiap kata dalam Al-Quran, menyimak hikmah dari pemilihan kata yang digunakan sampai kepada sisi gramatikal setiap kalimat. Secara spesifik menilik setiap Al-Quran dari kacamata ilmu nahwu dan tashrif, turut melengkapi posisi i'rab dari penggalan kata-kata Al-Quran.
Kita mnegetahui bahwa Muhammad Ibnu Asyur menitikberatkan terhadap tafsirnya Al tahrir wa tanwir terutama menjelaskan sisi-sisi i’jaznya, linguistik arab (balagah).
            Setelah menjabarkan panjang lebar tentang pendekatan Muhammad Ibnu Asyur dalam menulis tafsirnya bisa kita simpulkan metode yang dipakai hanya mencakup satu metodolgi yaitu metode bil-lughah atau  masuk ke metode tahlili, sebagai seorang pakar tafsir bermazhab Maliki menulis karya tafsirnya dengan metode analitis (tahlili) dan berusaha melakukan kritikan terhadap karya-karya sebelumnya. Dengan menggunakan tafsir tahlili maka sebagian orang mengatakan bahwa dengan menggunakan tafsir tahlili saja lebih sulit di bandingkan dengan tafsir yang lainya, seperti tafsir Ibnu Katsir, Qurtuby, Tafsir al-furqan, atau dengan tafsir bil ma’stur karena tafsir bil ma’stur manggunakan penafsisran al-Qur’an dengan al-Qur’an, al-Qur’an dengan hadits, al-Qur’an dan qaul sahabat, tabiin, dan  tabiut trabiin. Adapun tafsir tahlili  yakni dengan menjelaskan tafsir al-Qur'an secara terperinci mulai dari surat al-Fatihah hingga surat an-Nas.
            Beliau juga mengungkap ketinggian bahasa al-Qur'an dan menghubungkannya dengan sistem budaya masyarakat guna menjadikan al-Qur'an sebagai kitab petunjuk dan problem solver bagi permasalahan sosial masyarakat atau dengan kata lain corak penafsirannya adalah penafsiran Adabi Ijtima'i.
D.    Corak
Ibnu Asyur mengunakan corak tafsir  billugoh, yang dalam tafsirnya sangat berbeda dengan kitab-kitab tafsir lainnya, Dalam menulis karya tafsirnya, Ibnu 'Asyur menggunakan metode tahlili, yakni dengan menjelaskan tafsir al-Qur'an secara terperinci mulai dari surat al-Fatihah hingga surat an-Nas.
Beliau mengungkap ketinggian bahasa al-Qur'an dan menghubungkannya dengan sistem budaya masyarakat guna menjadikan al-Qur'an sebagai kitab petunjuk dan problem solver bagi permasalahan sosial masyarakat atau dengan kata lain corak penafsirannya adalah penafsiran Adabi Ijtima'i. Sumber tafsir yang digunakannya sangat beragam seperti sumber al-Qur'an, hadis, akal (rasio), kitab-kitab tafsir klasik seperti al-Kasysyaf karya al-Zamakhsyari, al-Muharrar al-wajiz karya Ibnu 'Atiyyah, Mafatih al-Ghaib karya Fakhruddin ar-Razi, tafsir al-Baidawi, tafsir al-Alusi, serta komentar at-Thayyi', al-Qazwini, al-Qutub, dan at-Taftizani terhadap al-Kasysyaf beserta kitab-kitab tafsir lainnya. Ibnu 'Asyur juga merujuk pendapat para ulama', Qira'at, syair-syair Arab, Isra'iliyyat, dan lain sebagainya. Ibnu 'Asyur sangat menjaga konsistensi metodologinya dalam menyusun karya tafsirnya.
Beliau  juga sedapat mungkin berusaha manafsirkan al-Qur'an dengan melihat realitas empiris dan mengusahakan agar karya tafsirnya bermanfaat bagi kemaslahatan manusia. Sumbangan paling berharga Ibnu 'Asyur dalam karya tafsirnya adalah sikapnya yang kritis, objektif, dan menghargai karya-karya ulama-ulama pendahulunya.
E.     Sistematika
Kitab ini ditulis pada abad modern/ abad awal 14 H, Ibn 'Asyur menjelaskan beberapa permasalahan masyarakat dan memberikan jawaban dengan menafsirkan al-Qur'an, jika berkaitan dengan hukum, beliau memaparkan pendapat imam 4 madzhab. Demikian juga dalam masalah-masalah tertentu, beliau menukil beberapa pendapat para mufassir sebelumnya dan menarjih pendapat yang dipandang paling benar.
            Kitab yang terdiri dari tiga puluh juz dan terbagi kepada dua belas jilid ini merupakan sebuah tafsir kontemporer. Tampilan unik dan berbeda dengan kitab lain secara kasat mata.
            Dari sederetan buku tafsir yang ada dalam khazanah penafsiran Al-Qur,an, termasuk dalam daftar tafsir terkemuka adalah karangan Ibnu 'Asyur yang satu ini. Muhammad at-Thahir ibn 'Asyur adalah seorang ulama kontemporer.
            Dalam muqaddimah tafsir  "at-Tahrir wat-Tanwir" beliau menuturkan, satu angan-angan terbesar dalam hidup beliau yang ingin dicapai adalah menafsirkan kitab Allah Swt. sebagai mu'jizat terbesar Nabi Muhammad Saw. Bercita-cita membuat sebuah tafsir yang lengkap dari segi kebahasaan dan maknanya, yang belum pernah ada sebelumnya. Tafsir yang mencakup kemaslahatan dunia dan akhirat. Bukan hanya sekedar mengumpulkan perkataan ulama sebelumnya, melainkan memiliki penjelasan-penjelasan yang berasal dari hasil pengetahuan sendiri yang lebih detail dan menyeluruh dalam penafsiran ayat-ayat Al-Qur,an.
            Menilik tafsir karangan Ibnu 'Asyur dari segi materi, kitab ini terdiri dari tiga puluh juz dan terbagi kepada dua belas jilid. Masih diterbitkan oleh penerbit tunggal yang masih cukup sulit kita dapati. Sebuah tafsir kontemporer yang memiliki ciri khas tersendiri dalam paparannya menafsirkan ayat-ayat Al-Qur,an. Memiliki tampilan unik dan berbeda dengan kitab lain.
F.      Kelebihan dan Kekurangan
Diantara kelebihan Tafsir Al-Tahrir Wa Al Tanwir Min Al Tafsir karangan Muhammad Ibnu Asyur adalah sebagai berikut:
1.      Menuliskan poin- poin yang belum ada pada tafsir sebelumnya.
2.      Menjelaskan sisi-sisi I’jaznya, secara mendetail dan termuat dalam satu kitab tersendiri.
3.      Linguistik Arab (Balagah: nahwu, sharaf, mantik, atau logika)
4.      Dan Gaya Bahasa (Badi’) jelas simpel.
5.      Keselarasan satu Ayat dengan ayat yang lainnya.
Kekuranngannya adalah sebagai berikut:
1.      Menitik beratkan pada makna-makna mufradat (Kata Demi Kata) dalam Bahasa Arab dengan membatasi dan meneliti dari orang lain dari Kamus-kamus Bahasa.
2.      Meneruskan Tafsir Abil Walid Ibnu Rusdi dalam Kitab Al Bayan
3.      Tidak mencantumkan asbabun nuzul dalam menjelaskan ayat.
G.    Komentar Ulama’
Kita megetahui bahwa tafsir Ibnu ‘Asyur (At-tahrir wat-tanwir) yang ditafsirkan oleh muhammad Thahir Ibnu Asyur hanya mencakup satu metodolgi yaitu dengan tafsir billughah, dengan menggunakan tafsir billungah maka sebagian orang (ulama) mengatakan bahwa dengan menggunakan tafsir billungah saja lebih sulit di bandingkan dengan tafsir yang lainya, seperti tafsir Ibnu Katsir, Qurtuby, Tafsir al-furqan, atau dengan tafsir bil ma’stur, karena tafsir bil ma’tsur manggunakan penafsiran al-Qur’an dengan al-Qur’an, al-Qur’an dengan hadits, al-Qur’an dan qaul sahabat, tabi’in tabiut tabi’in.

2 komentar:

  1. terima kasih ya Mba' karena makalah diatas sangat membantu dalam menambah pengetahuan saya,
    جزاك الله خيرا و رضوانا

    BalasHapus
  2. Trimakasih atas bahasan ini.
    Saya sedang mencari dan menyuaun puzzle keislaman.. ya semua termotivasi oleh hiruk pikuknya dunia islam. Pertentangan, perdebatan, peperangan yang tak ada habisnya.

    What the bottom line of this is all?

    BalasHapus

Pembaca yang baik meninggalkan jejak yang baik,
Jangan lupa di comment ya :)